Hal-Hal Penting yang Perlu Diketahui tentang Long Covid
Mungkinkan pasien long Covid menularkan penyakit?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada sebagian orang, Covid-19 bisa memunculkan gejala berkepanjangan yang dikenal sebagai long Covid. Diperkirakan ada lebih dari setengah dari penyintas Covid-19 yang mengalami long Covid.
Perawat Sean Marchese MS RN mengatakan, long Covid merupakan sebutan yang digunakan untuk efek samping atau komplikasi jangka panjang yang terjadi setelah seseorang sembuh dari infeksi Covid-19. Gejala berkepanjangan yang terjadi dalam long Covid bisa berlangsung selama empat pekan atau lebih.
"Long Covid sering terjadi pada lansia atau mereka yang memiliki masalah medis serius, tapi bisa juga terjadi pada individu muda serta sehat," kata Marchese, seperti dilansir di laman Eat This Not That pada Rabu (23/2/2022).
Menurut Marchese, ada lima hal yang perlu diketahui mengenai long Covid. Berikut ini adalah kelima hal tersebut.
1. Mungkinkan pasien long Covid menularkan penyakit?
Marchese mengatakan informasi mengenai berapa lama orang dengan long Covid bisa menularkan penyakit masih sangat terbatas. Akan tetapi, orang dengan long Covid umumnya tidak mengalami demam yang terus-menerus.
"Demam merupakan indikasi khas bahwa seseorang mungkin menularkan," ujar Marchese.
Marchese mengatakan, beberapa data menunjukkan bahwa orang dengan long Covid masih bisa menularkan penyakit hingga dua pekan setelah infeksi. Akan tetapi, Marchese menilai masa penularan tidak akan lebih lama dari dua pekan.
2. Gejala long Covid
Covid-19 biasanya memunculkan gejala, seperti lelah, demam, atau sesak napas. Gejala ini akan membaik seiring dengan proses pemulihan penyakit. Akan tetapi, ada beberapa gejala Covid-19 yang bisa terus berlangsung meski seseorang sudah pulih. Gejala long Covid tersebut di antaranya adalah batuk, kehilangan indra penciuman atau perasa, sakit kepala, mual, pusing, dan nyeri otot.
"(Gejala tersebut) bisa berlangsung selama beberapa pekan atau sebulan setelah gejala besarnya membaik," ujar Marchese.
Tingkat keparahan gejala long Covid akan berbeda pada setiap orang. Oleh karena itu, penting untuk memberikan perhatian medis yang lebih bila ada gejala yang terus menetap, bahkan memburuk.
3. Terjadinya long Covid
Saat seseorang terkena Covid-19, inflamasi atau peradangan bisa terjadi di seluruh tubuh. Peradangan ini akan merusak jaringan sensitif di paru, ginjal, dan jantung. Ketika orang tersebut sudah pulih dari infeksi virus, kerusakan yang disebabkan inflamasi masih tetap ada dan memicu timbulnya gejala jangka panjang.
"Penelitian yang lebih banyak diperlukan sebelum kita benar-benar memahami bagaimana dan mengapa Covid-19 memengaruhi tubuh dalam waktu yang sangat lama setelah infeksi, dan mengapa itu terjadi pada sebagian orang tapi tidak pada sebagian lainnya," kata Marchese.
Terlepas dari itu, beberapa laporan awal mengindikasikan bahwa kejadian long Covid dipengaruhi oleh muatan virus atau viral load di awal terjadinya infeksi. Laporan juga mengindikasikan bahwa komorbid tertentu, seperti diabetes tipe 2, bisa meningkatkan risiko long Covid.
4. Yang berisiko terhadap long Covid
Data mengenai siapa dan mengapa seseorang bisa terkena long Covid masih sangat terbatas. Kelompok yang terdampak long Covid juga sangat beragam. Sebagai contoh, sekitar 20-30 persen anak yang terkena Covid-19 juga terkena long Covid. Selain itu, hampir setengah orang dewasa juga mengalami long Covid enam bulan setelah pulih dari penyakit.
"Vaksinasi tampak sangat efektif dalam mencegah long Covid dan menurunkan kemungkinan efek jangka panjang hingga sekitar 90 persen," ujar Marchese.
5. Potensi dampak jangka panjang
Kerusakan jangka panjang Covid-19 terhadap organ yang sensitif bisa memicu kondisi yang mengancam jiwa. Sebagai contoh, long Covid kerap dikaitkan dengan masalah bekuan darah. Bekuan darah ini bisa menyumbat aliran darah ke otak, paru-paru, jantung, dan ginjal. Dampaknya, fungsi tubuh vital yang dibutuhkan seseorang untuk hidup akan terganggu.
"Bahkan bekuan darah kecil bisa merusak kapiler dan melemahkan pembuluh darah yang nantinya bisa memicu perdarahan di masa depan," kata Marchese.