Sinyal Kesepakatan Nuklir, Iran Siap Tukar Tahanan dengan AS

Perundingan tentang pemulihan kesepakatan nuklir 2015 hampir selesai

EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Pandangan umum ibu kota Teheran, Iran, 18 Januari 2022. Iran dan kekuatan dunia melanjutkan pembicaraan nuklir di Wina, Austria pada 17 Januari setelah istirahat sejenak yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan.
Rep: Fergi Nadira B Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, WINA - Perundingan tentang pemulihan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) mendekati selesai. Sumber-sumber yang dekat dengan perundingan tersebut mengatakan, pertukaran tahanan antara Iran dan Amerika Serikat (AS) akan segera terjadi.

"Tampaknya negosiasi pemulihan #JCPOA akan melewati garis akhir," kata Utusan Rusia Mikhail Ulyanov di Twitter pada Selasa (22/2/2022) waktu setempat.

Pekan lalu, kesepakatan AS-Iran dilaporkan mulai terbentuk pada perundingan tidak langsung di Wina. Selama beberapa bulan pembicaraan antara Iran dan negara-negara besar bertujuan untuk menghidupkan kembali pakta JCPOA yang ditinggalkan AS pada 2018.

Dalam rancangan teks perjanjian pada perundingan Wina, para diplomat mengatakan, akan mencairkan miliaran dana Iran di bank-bank Korea Selatan. Selain itu isi perjanjian adalah pembebeasan tahanan Barat yang ditahan di Iran.

Pada Sabtu pekan lalu pun, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan Republik Islam siap untuk pertukaran tahanan segera dengan AS. "Iran selalu dan berulang kali menyatakan kesiapannya untuk menukar tahanan. Beberapa bulan yang lalu kami siap melakukannya tetapi Amerika merusak kesepakatan itu," kata seorang pejabat senior Iran di Teheran kepada Reuters, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

"Sekarang saya yakin beberapa dari mereka akan dibebaskan, mungkin lima atau enam dari mereka. Tetapi pembicaraan tentang tahanan itu tidak terkait dengan perjanjian nuklir, melainkan terkait dengannya. Ini adalah tindakan kemanusiaan oleh Iran," ujarnya menambahkan.

Negosiator AS Robert Malley menegaskan bahwa menyelamatkan pakta nuklir sangat tidak mungkin terjadi, kecuali jika Teheran membebaskan empat warga AS. WArga yang ditahan termasuk ayah dan anak Iran-Amerika Baquer dan Siamak Namazi, yang menurut Washington disandera oleh Teheran.

"Enam tahun lalu pemerintah Iran menangkap Baquer Namazi dan mereka masih menolak untuk membiarkan dia meninggalkan negara itu," kata Malley di Twitter, Selasa (22/2/2022). "Pemerintah Iran dapat dan harus membebaskan Namazi, Emad Shargi, Morad Tahbaz, dan warga negara AS dan asing lainnya yang ditahan secara tidak adil."


Baca Juga


Sementara itu Teheran telah mengupayakan pembebasan puluhan warga Iran di AS, termasuk tujuh warga negara ganda Iran-Amerika, dua warga Iran dengan tempat tinggal permanen AS, dan empat warga negara Iran tanpa status hukum di AS. Sebagian besar dipenjara karena melanggar sanksi AS terhadap Iran.

Secara terpisah, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kepada negara-negara pengekspor gas untuk menghindari sanksi kejam yang dikenakan oleh AS terhadap Teheran. "Anggota forum ini seharusnya tidak mengakui sanksi-sanksi itu (karena) di dunia sekarang ini kita melihat bahwa sanksi-sanksi itu tidak akan efektif," kata Raisi dalam konferensi pengekspor gas di Doha.

Kesepakatan 2015 antara Iran dan kekuatan dunia membatasi pengayaan uranium Teheran. Jika dikabulkan, sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional terhadap Teheran.

Sejak penarikan AS dari kesepakatan itu sekitar 2019, Teheran telah melampaui batasnya dalam mengembangkan nuklir. Iran membangun kembali persediaan uranium yang diperkaya, menyempurnakannya dengan kemurnian fisil yang lebih tinggi, dan memasang sentrifugal canggih untuk mempercepat produksi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler