Sidebar

Sutradara Ini Buat Film Dokumenter untuk Lawan Narasi Anti-Islam 

Sunday, 27 Feb 2022 16:09 WIB
Sutradara Ini Buat Film Dokumenter untuk Lawan Narasi Anti-Islam. Foto: Ilustrasi Islamofobia

IHRAM.CO.ID,ISLAMABAD -- Pembuat film terkenal Inggris-Pakistan, Abrar Hussain menawarkan pemandangan langka di situs-situs tersuci Islam melalui film dokumenter. Dia memproduksi film dokumenter tentang Masjidil Haram dan Masjid Al-Aqsa, yang bertujuan untuk melawan narasi anti-Islam.  

Baca Juga


Seperti dilansir Arab News, Hussain mengatakan, film-filmnya bertujuan untuk melawan narasi anti-Islam dengan menawarkan kilasan langka ke dalam warisan budaya agama.

Lahir di Islamabad, Hussain pindah bersama keluarganya ke London pada akhir 1970-an kurang dari setahun setelah kelahirannya. Sebelum menjadi pembuat film dokumenter, ia bekerja sebagai produser serial di Islam Channel, dan menyutradarai serta memproduseri acara TV populer "Model Mosque" pada 2007 dan "Faith Off" pada 2008.

Pada 2017 lalu, Hussain kemudian merilis karyanya yang paling terkenal, “One Day in the Haram.” Film tersebut menawarkan gambaran sekilas di dalam Masjidil Haram di Makkah, yang menunjukkan bagaimana masjid terbesar di dunia itu dikelola dan seperti apa rutinitas sehari-hari di dalamnya.

“Pasca 9/11, ada banyak reaksi media terhadap Muslim, terutama di Inggris dan di negara-negara Barat, dan saya tahu ini bukan penggambaran Islam yang sebenarnya,” ujar Hussain kepada Arab News dalam sebuah wawancara.

Dalam sebuah foto, tampak Hussain sedang mengambil bidikan udara di Masjidil Haram, Arab Saudi, pada Oktober 2017. Dia menggunakan keterampilannya untuk menjelaskan Islam yang sesungguhya.

“Saya benar-benar merasa bahwa saya perlu menggunakan keterampilan kreatif saya untuk melakukan sesuatu untuk memerangi ini. Jadi, saya mulai melakukan produksi Islami dan saya sangat sukses,” ucap dia.

Film baru Hussain, "One Night in Al-Aqsa," tayang perdana di London awal Februari 2022 ini. Filmnya kali ini ini menunjukkan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem selama Lailatul Qadar, sebuah festival yang memperingati malam ketika ayat-ayat pertama Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.

“Film kami adalah tentang mempromosikan pemahaman Islam yang lebih baik dan lebih toleran,” kata Hussain.

Dalam sebuah ulasan, surat kabar Guardian menulis bahwa film tersebut "Menjalin rekaman udara Al-Aqsa yang menakjubkan dengan foto-foto intim umat beriman”.

“Film dokumenter ini adalah jendela berharga yang harus dilalui orang Palestina hanya untuk merayakan iman mereka,” jelas Hussain.

Film dokumenter ini dibuat dengan anggaran 200 ribu Poundsterling atau sekitar Rp 3,8 Miliar dalam waktu sekitar 18 bulan. Dalam membuat film ini, Hussain pun mendapatkan pengalaman yang luar biasa.

“Pengalaman yang luar biasa dan fenomenal untuk melestarikan warisan budaya dan sejarah Islam,” ujar dia.

“Ini adalah salah satu tempat paling penting (dalam Islam) dan rasa bangga bagi umat Islam,” katanya, seraya menambahkan bahwa tujuan dari film tersebut adalah untuk mendorong orang-orang datang ke Al-Aqsa untuk beribadah dan berdiri dalam solidaritas dengan umat Islam, khususnya orang-orang Palestina.

Dana yang dihasilkan dari film tersebut telah disumbangkan ke Penny Appeal Palestine, badan amal kemanusiaan internasional, yang juga berkontribusi pada produksinya.

“Melalui dana ini, mereka akan mendukung proyek lain seperti ini, dan memberikan perawatan kesehatan, makanan, dan bantuan penting lainnya kepada rakyat Palestina, sebagian besar di Gaza,” kata Hussain.

Dia menambahkan bahwa film dokumentarnya ini telah ditonton oleh jutaan orang di bioskop, di sistem hiburan maskapai dan platform video on demand. “One Day in the Haram tetap di Amazon Prime selama dua tahun dan sekarang telah ditransfer ke platform lain di AS, yang disebut USHUB, yang mengalirkan film di lebih dari 200 negara di seluruh dunia,” jelas Hussain.

Film One Night in Al-Aqsa telah diputar di 12 negara, dengan mendapatkan kesuksesan besar di Inggris, AS, Kanada, Afrika Selatan, dan Australia. Itu juga ditampilkan di Arab Saudi, Indonesia, Malaysia dan Turki.

“Penonton Muslim menghargai bahwa seseorang telah melalui semua kesulitan untuk membuat film ini,” kata Hussain.

Untuk proyek berikutnya, pembuat film akan kembali ke Arab Saudi. “Proyek besar lain yang sedang kami kerjakan saat ini adalah A Day in Madinah,” kata dia, seraya menambahkan bahwa proyek tersebut akan menampilkan Masjid Nabawi di Madinah, kota tersuci kedua dalam Islam.

Berita terkait

Berita Lainnya