Kenaikan Harga Tempe Jadi Pendorong Inflasi Jawa Timur
Tingkat inflasi tahun kalender Februari 2022 sebesar 0,50 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mengungkapkan hasil pemantauan terhadap perubahan harga pada tingkat konsumen sepanjang Februari 2022. Hasilnya menunjukkan adanya kenaikan harga yang cukup tinggi di sebagian komoditas yang dipantau.
Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,05 persen, yaitu dari 107,75 menjadi 107,80. "Adapun untuk tingkat inflasi tahun kalender Februari 2022 sebesar 0,50 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Februari 2022 terhadap Februari 2021) sebesar 2,42 persen," ujar Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, Selasa (1/3).
Dadang menjelaskan, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga secara umum, yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran. Dari sebelas kelompok pengeluaran, tujuh kelompok mengalami inflasi, dua kelompok mengalami deflasi, dan dua kelompok lainnya tidak mengalami perubahan.
Kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi adalah kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,78 persen. Kemudian diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,56 persen. Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,57 persen, serta kelompok transportasi sebesar 0,04 persen.
"Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Februari 2022 antara lain mobil, bawang merah, kontrak rumah, sewa rumah, sabun detergen, tomat, rokok kretek filter, upah asisten rumah tangga, pengharum cucian atau pelembut, dan tempe," ujar Dadang.
Dadang melanjutkan, berdasarkan penghitungan angka inflasi di delapan kota IHK di Jawa Timur sepanjang Februari 2022, lima kota mengalami inflasi dan tiga kota mengalami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu Kediri sebesar 0,20 persen. Kemudian diikuti Malang sebesar 0,18 persen, Jember 0,06 persen, Surabaya 0,04 persen, dan Madiun 0,03 persen.
"Adapun kota yang mengalami deflasi tertinggi yaitu Probolinggo sebesar 0,18 persen, diikuti Sumenep 0,16 persen, dan Banyuwangi 0,15 persen," katanya.