Jiwa Arab Saudi Terletak pada Budaya dan Islamnya
IHRAM.CO.ID,RIYADH – Putra Mahkota Arab Saudi sekaligus Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Mohammed Bin Salman menekankan bahwa jiwa Arab Saudi terletak pada seperangkat pandangan dan keyakinan yang didasarkan pada Islam serta pada budaya kerajaan Arab.
"Negara kita didirikan di atas ini dan jika kita menyingkirkannya, itu berarti negara itu akan runtuh," katanya dalam wawancara ekstensif dengan majalah Amerika terkemuka ‘The Atlantic’.
Putra Mahkota mengatakan bahwa Arab Saudi tidak meremehkan keyakinannya karena itu merupakan jiwanya. “Masjid Suci ada di Arab Saudi dan tidak ada yang bisa menghapusnya, dan kami memiliki tanggung jawab terhadap Masjidil Haram selamanya dan kami ingin menempatkan negara kami di jalan yang benar demi rakyat Saudi kami, demi wilayah tersebut dan demi seluruh dunia berdasarkan keyakinan kita pada perdamaian dan koeksistensi dan kebutuhan kita untuk menambah nilai ke seluruh dunia,” katanya dilansir dari Saudi Gazette, Jumat (4/3).
Putra Mahkota menegaskan kembali bahwa Kerajaan akan kembali ke ajaran Islam yang sebenarnya, cara hidup Nabi dan empat khalifah, yang merupakan masyarakat yang terbuka dan damai. Mereka memiliki orang-orang Kristen dan Yahudi yang hidup di bawah kekuasaan mereka.
“Mereka mengajari kami untuk menghormati semua budaya, semua agama, apapun itu. Ajaran Nabi dan keempat Khalifah ini, mereka sempurna. Kita akan kembali ke akarnya,” ujar Putra Mahkota.
Ia berpandangan, bahwa yang terjadi saat ini adalah para ekstrimis membajak dan mengubah agama Islam menjadi sesuatu yang baru untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka, tegasnya, mencoba membuat orang memandang Islam dengan cara mereka.
“Dan masalahnya adalah tidak ada yang berdebat dengan mereka, dan tidak ada yang melawan mereka dengan serius. Jadi mereka memiliki kesempatan untuk menyebarkan semua pandangan ekstremis ini, yang mengarah pada pembentukan kelompok teroris paling ekstrem,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan, bahwa Kerjaan tidak akan menggunakan istilah “Islam moderat," karena istilah ini akan membuat para ekstremis dan teroris bahagia. Jika umat muslim mengatakan "Islam moderat", menurutnya, ini sama halnya dengan mengubah Islam menjadi sesuatu yang baru dan itu tidak benar.
Putra Mahkota mencatat bahwa Ikhwanul Muslimin, memainkan peran besar dalam menciptakan semua ekstremisme ini, karena mereka adalah jembatan yang membawa orang lain ke ekstremisme.
“Ketika Anda berbicara dengan mereka, mereka tidak akan menjadi ekstremis, tetapi mereka membawa Anda ke ekstremisme,” kara Putra Mahkota
Osama bin Laden, adalah anggota Ikhwanul Muslimin, al-Zawahiri, pernah menjadi anggota Ikhwanul Muslimin, pemimpin ISIS, dulunya adalah anggota Ikhwanul Muslimin. Jadi Persaudaraan adalah sebuah jalan.
Ini telah menjadi elemen kuat dalam pembentukan kelompok-kelompok ekstremis dalam beberapa dekade terakhir. Tapi itu tidak semua Ikhwanul Muslimin. Perpaduan, banyak hal dan banyak peristiwa, tidak hanya dari dunia Muslim, bahkan dari Amerika, misalnya invasi ke Irak, yang memberi kesempatan bagi para ekstremis untuk menyebarkan massa dan menggalang pengikutnya.
“Juga benar bahwa beberapa ekstremis di Arab Saudi, bukan ekstremis Ikhwanul Muslimin, memainkan peran di bidang
ini, terutama setelah revolusi 1979 di Iran,”
Sumber: