Penjara di Tasmania Dituduh Menyajikan Daging Babi ke Napi Muslim
Penjara di Tasmania Dituduh Menyajikan Daging Babi ke Napi Muslim
Petugas penjara di Tasmania dituduh mengabaikan keluhan napi yang mengidap penyakit terkait alergi makanan serta menyajikan daging babi ke napi Muslim dan menyebutnya bukan daging babi.
Inspektur Lembaga Pemasyarakatan Australia membuat 20 rekomendasi setelah melakukan pemeriksaan makanan yang disajikan di penjara dengan melibatkan ahli gizi Ngaire Hobbins.
Laporan yang disusun oleh Richard Connock berdasarkan inspeksi pada tahun 2020 menemukan bahwa tak seorang pun yang terlibat dalam penyiapan makanan telah dilatih tentang kebersihan makanan.
Disebutkan bahwa kualitas dan kuantitas makanannya memang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi narapidana, tapi terjadi "kerusakan dalam proses."
Menurut Ngaire Hobbins, ada sikap "tak percaya yang tidak beralasan" di kalangan staf dapur dan sipir penjara terhadap seorang napi wanita yang mengidap penyakit alergi makanan (coeliac).
Napi tersebut tetap diberi makanan yang mengandumg gluten padahal dia alergi dan telah menyampaikannya ke petugas dapur.
Laporan inspektorat menyebut ada seorang sipir penjara yang menganggap keluhan napi tersebut sebagai "sampah."
"Penyakit coeliac harus ditangani dengan serius dan orang yang mengidapnya harus mengikuti diet bebas gluten," kata Hobbins.
"Kami mendapat kesan bahwa tidak semua staf di dapur menanggapi alergi makanan sebagai hal yang serius," tambahnya.
Sejumlah napi lainnya mengeluhkan bahwa devon, salami, dan daging olahan lainnya ternyata mengandung daging babi.
Sipir penjara meyakinkan napi ini bahwa daging yang disajikan tidak mengandung babi, tapi temuan inspektorat memastikan makanan itu mengandung daging babi.
"Ini sangat mengkhawatirkan, apalagi mereka selalu mengatakan produk ini tidak mengandung daging babi," kata Hobbins dalam laporannya.
Menurut seorang napi Muslim, meskipun petugas dapur mengetahui orang Islam dilarang makan daging babi, namun dia tetap diberi salad ham.
Tim inspeksi menguji daging cincang yang disajikan di Penjara Launceston.
"Warnanya pucat dan tampak menjijikkan, sulit untuk memastikan apa dagingnya dan juga rasanya hambar," katanya.
Laporan itu juga mengungkapkan para napi dalam sel dengan pengamanan maksimum diberi paket sup meskipun mereka tidak punya alat untuk memanaskannya.
Menurut laporan itu, banyak napi perempuan yang juga bertambah berat badannya dalam penjara karena porsi makanan yang diberikan sebenarnya adalah takaran untuk laki-laki.
Seorang napi perempuan mengatakan kebanyakan makanan yang disediakan memiliki kandungan gula yang tinggi meskipun berlindung di balik label produk "rendah lemak".
Ampas teh dijadikan rokok
Laporan itu menyebut, ketika larangan merokok diterapkan, para napi mulai menggunakan ampas teh yang dicampur nikotin kemudian mengeringkannya untuk digulung menjadi rokok.
Setelah kejadian itu, teh celup sekarang tidak lagi tersedia dalam penjara di Tasmania, kecuali dalam jumlah terbatas.
Menurut laporan itu, para tahanan kini terpaksa mengeringkan berbagai sayuran, seperti selada dan brokoli, untuk tujuan yang sama.
Departemen Kehakiman Australia dalam sebuah pernyataan menyebut laporan Inspektur Lembaga Pemasyarakatan akan ditindaklanjuti untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan para napi.
"Departemen Kehakiman mendukung pandangan bahwa makanan bergizi dan bervariasi untuk napi merupakan hak fundamental," katanya.
"Namun, diakui bahwa keluhan tentang standar, kualitas, jumlah, dan variasi makanan adalah hal biasa di seluruh fasilitas lembaga pemasyarakatan Australia," demikian ditambahkan.
Dikatakan bahwa Lembaga Pemasyarakat di Australia sekarang memiliki kontrak pasokan daging domba dan daging sapi untuk membuat salami dan devon.
Diproduksi oleh Farid Ibrahim dari artikel ABC News.