Politikus Irlandia Bongkar Kemunafikan Barat Sanksi Rusia, tapi Tutup Mata Kejahatan Israel
Barret mempertanyakan, 70 tahun penindasan terhadap Palestina justru tidak diberi sanksi.
DUBLIN -- Anggota Partai Solidaritas-People Before Profit, Richard Boyd Barrett membuat geger ketika mengunggah video ketika sedang berbicara lantang di gedung senat Irlandia. Dia mengunggah video tersebut melalui akun Twitter, @RBoydBarrett yang sudah ditonton 925 ribu kali. Barrett berusaha membongkar kebijakan standar ganda yang dilakukan Irlandia dan negara Barat dalam menyikapi invasi Rusia terhadap Ukraina. Padahal, pada saat bersamaan, Barat seolah tutup mata dengan kejahatan Israel di tanah Palestina.
"Pak Menteri. Saya dan Deputi John Brady mengajukan debat ini di Komite Bisnis terkait lapotan kejahatan dari Amnesti International, yang menyatakan Israel adalah negara yang menjalankan sistem Apartheid dan juga melakukan kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan. Dan meminta diberlakukannya sanksi untuk menjamin agar sistem yang tidak manusiawi itu dihapuskan," kata Barret dikutip di Jakarta, Sabtu (5/3/2022).
Dia perlu meminta sesi debat dilakukan bertepatan dengan invasi barbar Presiden Vladimir Putin terhadap Ukraina pada akhir Februari 2022. Barret menyebtu, semua pihak sudah sepatutnya mengecam kejahatan yang bertentangan dengan kemanusiaan yang dilakukan oleh Putih di Ukraina.
"Pemerintah langsung bergerak dalam waktu lima hari untuk menjatuhkan sanksi kepada Putin. Dan melakukan tindakan mendesak dan penggunaan bahasa yang kuat dan memang sepantasnya untuk Putin, dengan menyebutnya barbar, penjahat, pembunuh, penghasut perang, semua itu benar," kata Barret.
Sayangnya, kata dia, semua keburukan yang dilakukan Putin itu sebenarnya sudah dilakukan Zionis Isrel sejak tujuh dekade lalu. Barret pun meminta pemerintah Irlandia dan Barat untuk diterapkan kutukan serupa kepada negara Israel atas perlakuannya terhadap warga Palestina.
"Namun pemerintah justru risau untuk menggunakan bahasa yang sama. Dan merasa tidak pantas bahkan untuk mengunakan bahasa Apartheid. Isarel didirikan dilandaskan pada sistem penindasan, pengusaan Apartheid, dan rasisme melibatkan pedudukan sipil dan pembunuhahan sipil, penahanan, penangkapan, pencaplokan tanah, pengusiran penduduk, pengabaian hak-hak mendasar 6 juta warga Palestina yang terusir dari teritori yang dijajar blokade ilegal terhadap Gaza, situasi permananen terjadinya krisis kemanusian," kata Barret.
Dia menuding seorang menteri mewakili pemerintah Irlandia yang hadir, bisa keras terhadap Rusia. Namun, pada saat bersamaan tidak bergerak sama sekali terhadap kejahatan Israel yang merebut kemerdekaan warga Palestina.
"Anda merasa senang menggunakan bahasa pernyatan yang paling kuat untuk mendiskripsikan kejahatan yang tak manusiawi oleh Vladimir Putin Tapi Anda tidak menggunakan kekuatan bahasa yang sama untuk mendiskripskan perlakukan Israel terhadap Palestina. Sanksi lima hari kepada Putin, 70 tahun penindasan terhadap Palestina justru tidak diberi sanksi," ucap Barret.
Dia pun mempertanyakan standar moral yang digunakan negara Eropa dan Barat ketika menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Bahkan, Barret secara tersirat menuding negara-negara besar itu sebagai pemilik muka dua atau munafik. Pasalnya kejahataan yang dilakukan Israel kepada Palestina lebih parah, namun tidak pernah disinggung sama sekali.
"Jika Anda memiliki standar moral maka haruslah konsisten karena jika menyebut negara Israel sebagai Apartheid akan menyakiti sejumlah negara yang saat ini menampilkan iri mereka sebagai pembela demokrasi, seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan negara lainnya," kata Barret dengan lantang.
Palestinians are treated as an inferiour race. Denied access to food and water. And yet no sanctions on Israel for its apartheid regime. Utter hypocrisy. pic.twitter.com/rDI3LtVaJ3
— Richard Boyd Barrett (@RBoydBarrett) March 3, 2022