Studi Skala Besar: Efek Samping Vaksin Covid Pfizer-Moderna Ringan, tak Sebabkan Kematian
Efek samping vaksin Covid-19 Pfizer-Moderna ringan, tidak sampai sebabkan kematian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 sering kali dijadikan "kambing hitam" ketika kematian terjadi sesaat setelah seseorang divaksinasi. Hal ini bertolak belakang dengan temuan dalam studi berskala besar di Amerika Serikat.
Di Amerika Serikat, ada sekitar 4.600 orang yang meninggal dunia setelah menerima vaksin Covid-19, per Juni 2021. Namun, menurut studi terbaru yang dilakukan peneliti dr Tom Shimabukuro, kematian tersebut tidak ada yang berkaitan dengan vaksin Covid-19 mRNA dari Pfizer dan Moderna.
Melalui studi tersebut, tim peneliti memantau kemunculan efek samping berat pada hampir 300 juta dosis vaksin yang telah diberikan. Dr Shimabukuro mengatakan, sebagian besar reaksi atau efek samping yang muncul setelah pemberian vaksin Covid-19 Pfizer dan Moderna adalah ringan.
"Efek sampingnya memudar setelah satu atau dua hari, (temuan ini) mengonfirmasi laporan dari uji klinis dan pemantauan pascaperizinan," ujar dr Shimabukuro, seperti dilansir The Sun, Rabu (9/3/2022).
Efek samping yang paling sering muncul adalah sakit kepala, kelelahan, demam, dan meriang. Hal ini sejalan dengan efek samping yang dilaporkan di Inggris.
Dari ratusan juta dosis vaksin yang telah diberikan, tim peneliti menemukan ada sekitar 22 ribu efek samping serius yang terjadi. Efek samping serius yang paling banyak dilaporkan adalah sesak napas.
Tim peneliti pun mendapati ada 4.500 kematian yang terjadi dalam kurun waktu enam bulan masa studi. Sekitar 80 persen kematian tersebut terjadi pada kelompok usia 60 tahun ke atas.
"Karena usia mereka, kelompok ini telah memiliki garis dasar rasio kematian yang lebih tinggi dibandingkan populasi umum," ungkap dr David Shay dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC).
Studi ini dipublikasikan tak lama setelah studi lain yang juga mendapatkan temuan menarik diterbitkan. Studi lain yang dilakukan oleh University of Oxford menemukan bahwa paparan Covid-19 bisa membuat beberapa bagian otak mengecil dan memicu penurunan kognitif.
Studi ini mempelajari dua hasil pemindaian otak dari 785 orang berusia 51 tahun hingga 81 tahun. Sekitar setengah dari para partisipan telah terdiagnosis positif Covid-19. Pemindaian otak ini dilakukan sebelum dan sesudah para partisipan terpapar Covid-19.
Hasil studi menunjukkan bahwa otak para partisipan yang pernah terkena Covid-19 mengecil dengan cepat dibandingkan otak partisipan yang tidak pernah terkena Covid-19. Penurunan ukuran otak ini bahkan terjadi pada partisipan yang hanya mengalami Covid-19 bergejala ringan atau tanpa gejala.
Akan tetapi, perubahan ukuran otak ini tampak lebih jelas pada kelompok lansia. Di tengah gelombang omicron seperti saat ini, para ahli sangat menganjurkan vaksinasi sebagai cara terbaik untuk menjaga kesehatan.
Vaksinasi dapat membantu menurunkan risiko perawatan di rumah sakit dan terjadinya gejala berat bila terpapar Covid-19. Pemberian dosis tambahan atau booster akan semakin mengoptimalkan perlindungan yang telah terbentuk dari vaksinasi sebelumnya.