6 Perkara yang Bisa Jadikan Hamba Selamat Dunia dan Akhirat  

Terdapat perkara yang membawa keselamatan dunia dan akhirat

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Ilustrasi ibadah selamat dunia dan akhirat. Terdapat perkara yang membawa keselamatan dunia dan akhirat
Rep: Andrian Saputra Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, Setiap amal yang dikerjakan seorang hamba ketika hidup dunia akan menentukan kehidupannya di akhirat. Islam telah memberi tuntutan agar pemeluknya itu bisa selamat dalam menjalani kehidupan di dunia dan juga selamat di akhirat. 

Baca Juga


Pakar tafsir yang juga anggota Dewan Pakar Pusat Studi Alquran Jakarta, KH Muhammad Arifin menjelaskan para ulama memetakan beberapa hal yang bisa membuat seorang hamba selamat dunia dan akhirat.

Ini sebagaimana tertulis dalam kitab Nashaih al-Ibad karya Syekh Imam Nawawi al-Bantani. Dalam kitab tersebut dijelaskan ada setidaknya enam perkara yang bisa selamatkan di dunia dan akhirat yaitu : 

مَنْ لَمْ يَخْشَ اللهَ لَمْ يَنْجُ مِنْ زَلَةِ اللِّسَانِ

"Barangsiapa yang tidak takut kepada Allah, maka ia tidak akan selamat dari tergelincirnya lisan (kesalahan berbicara),"

Kiai Arifin mengatakan setiap orang memiliki kemungkinan untuk berbuat salah. Termasuk kemungkinan salah dalam berbicara. 

Akan tetapi yang dimaksud zalatil lisaan sebagaimana keterangan di atas adalah kesalahan berbicara yang fatal, menyakiti, atau pun tidak pantas. 

Semisal berkata kasar terhadap orang tua, memaki-maki, melakukan perundungan pada orang lain, membunuh karakter orang lain dengan informasi negatif dan sebagainya. 

Maka perbuatan-perbuatan tersebut dilakukan seseorang karena tidak memiliki ketakutan kepada Allah SWT. Sebab menurutnya orang yang sudah memiliki rasa takut pada Allah SWT, dalam setiap langkahnya akan dipertimbangkan baik dan buruk. 

Kiai Arifin mencontohkan banyak anak yang merasa merasa sukses dalam pendidikan atau kariernya lalu berkata kasar kepada orang tuanya. Sejatinya anak tersebut tidak memiliki rasa takut kepada Allah SWT. Dan karena itu pula anak tersebut tidak akan selamat di dunia dan di akhirat. 

"Takut kepada Allah SWT itu modal utama. Jadi kalau kita sudah punya rasa takut pada Allah SWT kita akan berpikir berkali kali ketika mau bicara. Tentu saja pada zaman kita ini, zalatil lsian tidak hanya bicara tetapi juga dalam tulisan. Seperti pesan singkat di grup misalnya (media sosial)," kata kiai Arifin dalam kajian kitab Nashaih al-Ibad di Masjid Bayt Alquran-Pusat Studi Alquran Jakarta pada Rabu (9/3/2022). Selain itu dituliskan dalam kitab Nashaih al-Ibad: 

وَمَنْ لَمْ يَخْشَ قُدُوْمَهُ عَلَى اللهِ لَمْ يَنْجُ قَلْبُهُ مِنَ اْلحَرَامِ وَالشُّبُهَةِ "Orang yang tidak takut bertemu dengan Allah (pada hari kiamat), maka hatinya tidak akan terhindar dari (perkara) haram dan syubhat," 

Kiai Arifin yang juga alumni studi Islam dan bahasa Arab Universitas Al Azhar Kairo Mesir mengatakan orang-orang yang tidak akan selamat di dunai dan akhirat adalah orang-orang yang menyepelekan hari dimana semua manusia mempertanggungjawabkan amal perbuatannya kepada Allah SWT, yakni pada yaumul hisab.

Kiai Arifin mengatakan orang yang menyepelekan hari itu, ketika hidup di dunia mereka terjerumus pada perkara haram dan syubhat.  

"Orang yang takut (pada hari perhitungan) itu akan berpikir, tidak berani melakukan hal-hal haram dan syubhat. Maka kunci selamat dari berbuat haram dan syubhat adalah takut pada situasi di mana kita akan berhadapan dengan Allah, akan dihisab, dihitung amal perbuatan, baik buruk kita," katanya. 

وَمَنْ لَمْ يَكُنْ آيِسًا عَنِ اْلخَلْقِ لَمْ يَبْجُ مِنَ الطَّمَعِ "Orang yang tidak memutus harapannya kepada makhluk, maka dia akan selamat dari kerakusan," 

Kiai Arifin menjelaskan yang dimaksud memutus harapan kepada makhluk adalah agar jangan pernah menggantungkan harapan kepada manusia. Kiai Arifin mengajak agar menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT yang mengendalikan segala sesuatu. Maka orang yang tidak berharap kepada makhluk akan selamat dari kerakusan, kecewa dan lainnya. 

وَمَنْ لَمْ يَكُنْ حَافِظًا عَلَى عَمَلِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ الرِّيَاءِ "Barangsiapa yang tidak memelihara amalnya dari pujian orang, maka tidak akan selamat dari perbuatan Riya." 

Kiai Arifin mengatakan dalam beramal haruslah semata-mata karena Allah SWT dan bukan mengharapkan pujian dari orang lain. Sebab ketika sejak awal mengerjakan suatu amal di dasari agar mendapat pujian dari orang lain maka akan mendatangkan riya yang akan merusak pahala amal tersebut.  

وَمَنْ لَمْ يَسْتَعِنْ بِاللهِ عَلَى احْتِرَاسِ قَلْبِهِ لَمْ يَنْجُ مِنَ اْلحَسَدِ “Barangsiapa yang tidak mohon pertolongan kepada Allah agar dipelihara hatinya, maka tidak akan selamat dari hasud.” 

Menurut kiai Arifin seorang hamba untuk bisa selalu berbuat baik, terus mengingat Allah SWT, bersyukur, maka perlu pertolongan Allah SWT. Sebab sejatinya setan tidak berhenti untuk menggelincirkan manusia. Seorang hamba sangat perlu  memohon pertolongan kepada Allah SWT agar hati selamat dan terjaga dari keburukan. 

Menurut kiai Arifin orang yang tidak pernah memohon pertolongan Allah agar dijaga hatinya, maka akan lebih mudah disesatkan setan. Sehingga mudah dengki, iri, dan muncul penyakit hati lainnya.  

وَمَنْ لَمْ يَنْظُرْ اِلَى مَنْ هُوَ اَفْضَلُ مِنْهُ عِلْمًا وَعَمَلًا لَمْ يَنْجُ مِنَ اْلعُجْبِ "Siapa yang tidak melihat kepada orang yang lebih utama ilmu dan amal saleh, maka ia tidak akan selamat dari ujub.” 

 

Kiai Arifin mengatakan adalah hal yang baik ketika seorang Muslim sering melihat orang yang memiliki ilmu lebih tinggi darinya dan amal lebih banyak darinya. Maka dengan begitu seorang hamba akan merasa tawadhu dan tidak akan ujub dengan kelebihan-kelebihan dirinya sendiri.          

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler