IHSG Menguat, Investor Asing Borong Saham Perbankan

Sepanjang hari ini, saham tiga bank besar menjadi yang paling diminati asing.

Akbar Nugroho Gumay/ANTARA
Investor memantau perdagangan saham melalui gawainya di Jakarta (ilustrasi). Sore ini, Senin (14/3/2022)m Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,43 persen ke level 6.952,20.
Rep: Retno Wulandhari Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat sebesar 0,43 persen ke level 6.952,20. Sektor techonology, financials, consumer non cyclicals, consumer cylicals, basic materials, healthcare, transportation & logistic bergerak positif dan mendominasi kenaikan IHSG kali ini.

Baca Juga


Sementara investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar Rp 1,08 triliun sehingga berkontribusi mengangkat IHSG ke zona hijau. "Dari dalam negeri, indeks IHSG ditutup menguat seiring dengan terus berlangsungnya aksi beli investor asing," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Senin (14/3/2022). 

Sepanjang hari ini, saham tiga bank besar menjadi yang paling diminati asing dengan pembelian pada BBRI sebesar Rp 383,4 miliar, BBCA sebesar Rp 255,3 miliar dan BBNI sebesar Rp 190,8 miliar. 

Harga saham ketiganya pun menguat signifikan. BBRI melompat 2,73 persen ke level 4.520 dan disusul BBNI yang melesat 1,89 persen ke posisi 8.100. Sedangkan BBCA menguat 1,57 persen ke level 8.075. 

Selain itu, penurunan kasus harian Covid-19 juga menjadi sentimen positif bagi pelaku pasar. Kementerian Kesehatan menyampaikan kasus konfirmasi harian Covid-19 terus mengalami tren penurunan hingga menyentuh 11.585, setelah sehari sebelumnya tercatat di 14.900. 

"Penurunan kasus tersebut dinilai memberikan ruang proses pemulihan ekonomi nasional sehingga akan memberikan akselerasi tumbuhnya perekonomian,"kata Pilarmas Investindo Sekuritas. 

Di sisi lain, bursa regional Asia tertahan di zona melemah. Hal ini seiring sikap pelaku pasar dan investor yang mencermati munculnya kasus baru Covid-19 di China. Pemerintah China kembali menghadapi munculnya kasus baru yang jumlah terinfeksi covid-19 meningkat. 

Menurut riset, hal tersebut akan menjadi acaman yang serius jika pemerintah China kembali melakukan lockdown. Ini dikhawatirkan akan berdampak luas mengingat China merupakan salah satu kekuatan ekonomi terbesar saat ini. Pelaku pasar khawatir akselerasi pemulihan ekonomi kembali melambat yang sebelumnya dibayangai dampak konflik Rusia dan Ukraina. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler