Perang Rusia-Ukraina tidak Berdampak ke Negara-Negara Islam

Tapi sektor ekonomi akan berdampak lebih besar.

AP/Maxar Technologies
Perang Rusia-Ukraina tidak Berdampak ke Negara-Negara Islam (ilujstrasi).
Rep: Wahyu Suryana Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Duta Besar Indonesia untuk Rusia 2016-2020, M Wahid Supriyadi menilai, invasi Rusia ke Ukraina tidak akan berdampak langsung bagi negara-negara Islam. Meskipun, ada hal-hal yang saat ini dinarasikan menarik umat Islam ke pusaran.

Baca Juga


Contohnya, masyarakat dari Suriah yang bisa memanfaatkan momentum menyerang Rusia yang meluluhlantakkan negeri mereka. Namun, ini tidak akan mengarah ke sana. Maka itu, ia mengingatkan, harus hati-hati dengan berita-berita terkait.

"Karena, masing-masing akan mencari berita untuk justifikasi tindakannya dan data-data yang akan membenarkan," kata Wahid dalam Ngalir Live Talk yang digelar Prodi Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia (UII), Selasa (15/3).

Ia melihat, dunia Islam memang tidak akan merasakan dampak keamanan dari konflik kedua negara, tapi sektor ekonomi akan berdampak lebih besar. Ini tidak terlepas dari kenaikan harga minyak dan gas yang mulai dirasakan setelah sanksi ke Rusia.

Maka itu, jangan tarik pertikaian kedua negara ini ke isu agama karena keduanya baik. Wahid berpendapat, Rusia negeri kaya yang memiliki ketahanan ekonomi kuat, persenjataan canggih dan memiliki anggaran militer jauh lebih tinggi dari AS.

Faktor itu membuat invasi Rusia bisa berjalan dengan lancar dan Amerika Serikat mulai berpikir ulang untuk melindungi Ukraina. Menurut Wahid, Presiden Ukraina, Zelensky, juga salah perhitungan jika menganggap NATO akan membantu mereka.

"Karena dia bukan menjadi bagian dari NATO, sehingga tidak ada kewajiban itu," ujar Wahid.

Soal isu pemberian kewarganegaraan ke pengungsi Ukraina dari pemerintah Israel, ia menilai cukup riskan mengingat Rusia menjadi negara terbesar keempat penduduk Yahudi di dunia. Itu justru membahayakan eksistensi orang-orang Yahudi di Rusia.

Dosen Departemen HI Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra menuturkan, saat ini Rusia menghadapi boikot ekonomi yang menyasar masyarakat biasa. Mereka sulit mengambil uang tunai di bank, suku bunga dinaikkan serta ditutupnya pasar saham.

Selain itu, masyarakat Rusia mulai mengalami sanksi sosial dengan penolakan ke mahasiswa baru di negara-negara Eropa dan pembatalan beasiswa mahasiswa Rusia. Mereka yang anti-Putin membatalkan keinginan belajar di luar negeri karena itu.

"Dampak sosial juga lumayan dirasakan oleh diaspora Rusia di luar negeri yang mulai kesulitan untuk menghubungi keluarga di Rusia," kata Radityo.

Boikot merambah ranah olahraga dan hiburan seperti dikeluarkannya Timnas Rusia dari kualifikasi Piala Dunia 2022. Rusia batal menjadi tuan rumah Eurovision dan didiskualifikasi hingga pembalap F1 Rusia tidak bisa mengikuti ajang tersebut.

Radityo menekankan, boikot tidak memberi pengaruh kepada invasi Rusia mengingat Putin pribadi yang cukup acuh hal-hal tersebut. Apalagi, Putih yakini 68 persen warga Rusia setuju atas aksi penyerangan terhadap Ukraina dan 32 persen lain abstain.

"Bantuan terhadap pengungsi Ukraina lebih banyak berlandaskan asas kemanusiaan yang ditunjukkan oleh negara-negara di Eropa Timur seperti Polandia, Lithuania, Latvia dan lain-lain," ujar Radityo. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler