Mengenal Batalion Azov, Ekstremis yang Mempertahankan Wilayah Ukraina
Beberapa pejuang yang mempertahankan Mariupol adalah anggota Batalion Azov
Sebuah video pendek yang beredar di internet menunjukkan kendaraan militer yang diduga milik Ukraina melintasi sebuah desa di daerah Mariupol. Di pinggir jalan, ada kendaraan lapis baja, di mana huruf "Z" berwarna putih terlihat, tanda pasukan Rusia di Ukraina.
Batalion Azov yang terkenal kejam atau dikenal sebagai Resimen Azov, memposting video itu pada awal pekan ini di kanal medsos Telegramnya. Mereka mengklaim telah menghancurkan tiga kendaraan lapis baja Rusia, empat kendaraan tempur, dan membunuh "banyak anggota pasukan infanteri." Mereka juga merilis foto seseorang berseragam yang tewas, yang dikatakan sebagai jenderal Rusia. Namun, sulit untuk memverifikasi klaim ini.
Batalion Azov membela dan mempertahankan kota Mariupol yang berpenduduk 500.000 jiwa. Selain Mariupol, Kyiv, dan Kharkiv juga dibombardir oleh Rusia hingga tidak ada aliran listrik, hanya ada sedikit air, dan sedikit persediaan makanan.
Mariupol adalah markas Azov
Mariupol menjadi markas Batalion Azov, yang merupakan bagian dari Garda Nasional Ukraina dan dengan demikian berada di bawah Kementerian Dalam Negeri. Para pejuangnya terlatih dengan baik, tetapi unit ini anggotanya terdiri dari nasionalis dan radikal sayap kanan. Keberadaannya adalah salah satu dalih yang digunakan Rusia untuk perang melawan Ukraina.
Awalnya, Azov adalah milisi sukarelawan yang dibentuk di kota Berdyansk untuk mendukung tentara Ukraina dalam memerangi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Beberapa pejuangnya berasal dari kelompok sayap kanan kecil, yang anggota intinya berasal dari Ukraina timur dan bisa berbicara bahasa Rusia. Mereka bahkan menganjurkan persatuan bangsa Slavia Timur: Rusia, Belarus, dan Ukraina.
Asosiasi semacam itu digambarkan sebagai "persahabatan bebas" atau kelompok neo-Nazi yang terorganisir seperti di Jerman, kata Andreas Umland dari Pusat Studi Eropa Timur Stockholm, kepada DW.
Dimasukkan ke dalam Garda Nasional
Andriy Biletsky, pendiri Azov yang berusia 42 tahun, adalah lulusan ilmu sejarah Universitas Nasional Kharkiv dan aktif di kancah sayap kanan Ukraina selama bertahun-tahun. Pada musim panas 2014, pasukan kecil Azov berpartisipasi dalam merebut kembali Mariupol dari separatis pro-Rusia. Dia telah beroperasi sebagai resimen sejak musim gugur 2014 dan menurut laporan media, sudah memiliki sekitar 1.000 pejuang sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Pemerintah Ukraina memutuskan untuk memasukkan kelompok ultranasionalis itu ke dalam struktur negara pada tahun 2014.
Pada 2015 dan 2016, sebuah gerakan muncul membentuk sayap politik Azov. Biletsky mengundurkan diri sebagai komandan. Dan bersama mantan pejuang ia membentuk Partai Korps Nasional. Biletsky memang memasuki parlemen melalui mandat langsung, tetapi tidak terpilih kembali pada pemilu 2019. Saat ini dia dilaporkan ikut bertempur di garis depan dekat Kyiv.
Kontak dengan gerakan sayap kanan
Pada 2019, ada upaya Kongres AS untuk menetapkan resimen itu sebagai "organisasi teroris", tetapi gagal. Namun demikian, selama bertahun-tahun, Azov telah mempertahankan kontak dengan gerakan sayap kanan di luar negeri, termasuk di Jerman, menurut jawaban pemerintah Jerman atas pertanyaan yang terkait dengan masalah ini yang dilayangkan kelompok parlemen Partai Kiri.
"Biasanya, kami menganggap ekstremisme sayap kanan berbahaya, sesuatu yang bisa mengarah pada perang," kata Umland. Namun di Ukraina, sebaliknya, katanya. Perang telah menyebabkan kebangkitan dan transformasi persahabatan marjinal menjadi gerakan politik. Namun, pengaruh mereka di masyarakat terlalu dibesar-besarkan, katanya. Bagi kebanyakan orang Ukraina, mereka adalah pejuang yang melawan agresor yang sombong. (ha/yf)