5 Fondasi Temukan Tujuan Hidup Sejati Menurut Imam Ghazali
Imam Ghazali menekankan pentingnya tujuan hakiki dalam hidup
REPUBLIKA.CO.ID, — Setelah menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, lalu apa sebenarnya yang kita cari di dunia ini? Apa makna dan tujuan hidup yang sejati?.
Secara tidak langsung, jawabannya dapat ditemukan dalam kitab Raudhtut Thalibin karya Imam Ghazali, yang terjemahannya telah diterbitkan menjadi buku “Hidup di Dunia Apa yang Kau Cari?” ini.
Imam Al Ghazali merupakan seorang ulama besar yang lahir di Kota Tus, Khurasan pada 450 Hijriyah.
Selain dikenal sebagai ulama yang bergelar Hujjatul Islam, Al Ghazali juga seorang filsuf, seorang sufi, dan pemikir Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam khazanah keilmuan.
Hampir setengah usinya, ia habiskan untuk mendalami pengetahuan dan mengajarkannya lewat karya-karyanya.
Nama lengkap Imam Al Ghazali adalah Abu Hamid Al Ghazali Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Ath Thusi.
Selama hidupnya ia telah banyak menulis kitab. Di antaranya adalah kitab risalah ini, yang memiliki judul asli Raudhah ath Thalibin wa Umdah as-Salikin.
Dari karya Imam al Ghazali ini, setidaknya ada lima fondasi yang diperlukan untuk menemukan tujuan hidup sejati.
Fondasi pertama, yaitu berpegang pada akidah yang benar. Adapun terjadinya penyimpangan akidah yang benar, itu disebabkan dominasi hawa nafsu terhadap hati dan fanatisme terhadap mazhab ahli bidah.
Seorang imam berkata, “Banyak kaum yang diselematkan oleh akidah, meskipun amalan mereka sedikit. Namun, tidak sedikit pula yang binasa karena akidah, walaupun amalan mereka banyak. Cinta kedudukan, harta, dan dunia adalah racun yang mematikan. Kekuasaan dan ketenaran melahirkan kesombongan dan menjerumuskan hamba ke dalam cinta dunia. Keduanya merupakan perusak agama.”
Fondasi kedua, memenuhi hak dan kewajiban Allah SWT. Imam Al Ghazali menjelaskan, ada dua macam hak Allah SWT yang wajib dipenuhi, yaitu menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan hal-hal haram. Menurut dia, menunaikan setiap kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya adalah bentuk ketakwaan.
Siapa yang melaksanakan sebagian dari hal ini, kata Al Ghazali, berarti ia telah menjaga diri dari akibat yang akan diterima berupa keburukan di dunia maupun di akhirat. Ia akan menerima kenikmatan surga dan ridha Allah SWT.
Fondasi ketiga, menebar kasih sayang terhadap sesama. Menurut Al Ghazali, kasih sayang terhadap makhluk Allah SWT berarti mengagungkan urusan Allah SWT. Maka dari itu, hendaknya umat Islam memberikan apa yang mereka minta darinya dan tidak membebani di luar kemampuan mereka.
Al Ghazali menuturkan, selayaknya umat Islam juga bahagia atas segala hal yang menjadikan mereka bahagia, dan bersedih dengan sesuatu yang telah membuat mereka sedih. Dia pun lebih menyukai orang yang menjaga hati seorang mukmin secara syari daripada orang yang sekian kali pergi haji dan perang.
Menurut Al Ghazali, seorang mukmin sebaiknya juga lebih memilih kehormatan saudaranya daripada kehormatannya sendiri, dan lebih memilih kehinaan dirinya sendiri daripada kehinaan saudara-saudaranya.
Fondasi keempat, mengenali diri dengan sebaik-baiknya. Karena, Imam al Ghazali juga pernah mengutip hadits Rasulullah SAW:
من عرف نفسه فقد عرف ربه "Man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu, siapa yang mengenal dirinya, dia mengenal Tuhannya."
Fondasi kelima, berpendirian kuat dan tidak mudah goyah (Istiqamah). Menurut Al Ghazali, pengertian istiqamah berarti berpendirian kuat atau kukuh, berketetapan hati, tekun dan terus-menerus menigkatkan usaha untuk mencapai cita-cita.