Ramadhan Momentum Melatih dan Meningkatkan Kedermawanan
Ramadhan adalah bulan istimewa yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ramadhan adalah momentum untuk melatih dan meningkatkan kedermawanan sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Jauhi sifat kikir dan perbanyak berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Ketua Departemen Komunikasi dan Penyiaran DPP Hidayatullah Drs Shohibul Anwar M.Pd.I menyampaikan, Ramadhan adalah bulan istimewa yang berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Di bulan ini Allah menjanjikan berbagai keutamaan dan kemuliaan bagi hamba-hambanya yang beriman.
"Allah melimpahkan berbagai nikmat yang paling utama, paling besar, dan paling tinggi. Di antaranya nikmat ampunan, rahmat, keberkahan, dilipatgandakan setiap amal kebaikan, dan ada satu malam di bulan Ramadhan yang lebih baik daripada seribu bulan," jelasnya.
Ustadz Shohibul menjelaskan, hamba yang beriman tentu bergembira dan bersemangat menyambut tawaran Allah itu. Sungguh sangat sombong jika seorang hamba ketika mendapatkan hadiah dari Allah SWT bersikap biasa-biasa saja.
Sikap yang paling baik untuk menyambut janji-janji Allah itu adalah dengan beribadah dan beramal sholeh sebaik-baiknya. Di antara amalan yang diperintahkan di dalam bulan Ramadhan adalah memperbanyak sedekah melebihi bulan-bulan yang lain.
"Amalan utama di bulan Ramadhan adalah puasa. Puasa mengingatkan kita tentang orang-orang yang kelaparan karena kemiskinan dan kefakiran, yang kadang-kadang tak diketahui oleh orang-orang kaya. Kalau kita lapar selama sebulan, ketahuilah orang lain telah merasa lapar selama berbulan-bulan," papar Ustadz Shohibul.
Dalam beberapa riwayat dijelaskan bagaimana kedermawanan Rasulullah SAW. Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW adalah manusia yang paling dermawan dan menjadi lebih dermawan lagi pada Ramadhan. Kedermawanannya bahkan melebihi angin yang berhembus, yang artinya sangat ringan tanpa merasa keberatan.
"Maka pada Ramadhan ini kita siapkan harta terbaik untuk menunaikan zakat, memperbanyak sedekah, dan memberi makan orang-orang yang berpuasa," papar Ustadz Shohibul.
Dia juga memberikan tips bagaimana memiliki kedermawanan. Ini harus dimulai dengan kesadaran betapa pentingnya berbagi, bagi kehidupannya di dunia dan di akhirat. Ketika seorang muslim berbuat baik maka sebenarnya dialah yang pertama kali merasakan manfaat kebaikan itu untuk dirinya. Ketika berniat berbagi kebaikan, tiba-tiba jiwa merasa lega dan seketika merasa bahagia. Ketika niat itu diwujudkan, bertambahlah kebahagiaan itu.
Sebaliknya, renungkan apa yang terjadi pada jiwa orang yang kikir. Kikir itu karena cinta dunia. Siapa yang mencintai dunia akan diperbudak oleh dunia. Mereka yang miskin dan cinta dunia akan disibukkan dan digelisahkan oleh kemiskinannya. Sedangkan yang kaya akan disibukkan dan digelisahkan oleh kekayaannya. Orang yang terbebas dari sifat kikir adalah orang yang merdeka sesungguhnya. Dalam kehidupan dunia, seorang hamba tidak akan pernah bisa menjalani kehidupan dengan baik kalau tidak memiliki kedermawanan.
"Dan dalam kehidupan akhirat, harta yang kita sedekahkan dan kita gunakan untuk kebaikan itulah penolong sejati kita. Harta yang tidak digunakan di jalan Allah justru akan menjadi beban dan memberatkan pertanggunjawaban kita di pengadilan Allah nanti," ucapnya.