BPS: Kenaikan Harga Minyak Goreng dan Telur Ayam akan Picu Lonjakan Inflasi April

Harga minyak goreng pada April melonjak meski lebih rendah dibandingkan Maret.

ANTARA/Fransisco Carolio
Warga membeli minyak goreng dengan harga murah di Pasar Murah Kementerian BUMN di Medan, Sumatera Utara, Kamis (7/4/2022). Kementerian BUMN bersama perusahaan BUMN mengadakan pasar murah guna membantu masyarakat memenuhi berbagai kebutuhan pokok saat bulan suci Ramadhan.
Rep: Novita Intan Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi inflasi pada April akan meningkat. Hal ini dipicu beberapa komoditas yang mengalami lonjakan harga seperti minyak goreng, cabai merah, daging, telur ayam, bahan bakar rumah tangga dan emas perhiasan.

Baca Juga


Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan momentum puasa dan menjelang Idulfitri turut mendorong permintaan beberapa bahan pokok.

“Ada demand yang polanya meningkat pada puasa atau lebaran sedangkan sisi lain ada kebijakan pemerintah yang berpotensi terjadinya inflasi. April ini dugaan saya tinggi (inflasi), karena ada banyak tekanan dari faktor eksternal,” ujarnya saat webinar Infobank "Harga Kian Mahal, Recovery Terganggu?" Kamis (7/4/2022).

Dia memerinci harga minyak goreng pada awal April kembali melonjak meskipun rata-rata harga minyak goreng mengalami penurunan pada Maret 2022. Harga bahkan menjadi lebih tinggi dari kondisi rata-rata pada Januari 2022.

Kemudian harga cabai merah, sejak Maret rata-rata harga cabai telah naik di pasaran dan masih bertahan hingga awal April. Hal ini belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan harga, sedangkan harga daging dan telur ayam ras cenderung stabil dan tidak terlalu berubah signifikan.

Margo menyampaikan minyak goreng menjadi penyumbang utama inflasi selama tiga bulan terakhir karena harga yang bergejolak akibat kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO). Secara rinci, inflasi minyak goreng pada Januari sebesar 0,31 persen (yoy), Februari 0,20 persen (yoy) dan Maret 0,24 persen (yoy).

Sementara itu Ketua Badan Supervisi Bank Indonesia (BSBI), Muhammad Edhie Purnawan menambahkan pemerintah Indonesia untuk mewaspadai hal tersebut. Dirinya menyarankan agar koordinasi antara regulator seperti Bank Indonesia dan Pemerintah perlu ditingkatkan untuk menjaga laju inflasi hingga akhir 2022. 

Apalagi, ada kekhawatiran kenaikan harga-harga yang terjadi belakangan ini seperti bahan bakar minyak (BBM) hingga minyak goreng bisa memicu inflasi 2022 lebih tinggi dari perkiraan pemerintah yang dipatok sebesar tiga persen.

"Inflasi is everyday is everywhere. Persoalan harga-harga yang meningkat, persoalan macam-macam termasuk seperti persoalan pandemi. Inflasi itu sama seperti perampok, mematikan. Jadi kita sebagai bangsa Indonesia harus mempersiapkan untuk mengantisipasi hal-hal ini,” ucapnya.

Apalagi, lanjut Edhie, dari sisi eksternal, perang Rusia-Ukraina telah membuat banyak pihak cemas akan kondisi perekonomian global. Konflik Rusia ke Ukraina juga semakin membuat rumit kondisi inflasi dan kenaikan harga komoditas secara global. 

Baca juga : Roy Suryo Bagikan Video Jokowi Angkat Tiga Jari Saat Beri BLT Migor ke Pedagang

Tercatat, Inflasi Eropa naik 7,5 persen pada Maret 2022 atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 5,9 persen. Menurutnya inflasi global yang dipicu oleh perang Rusia-Ukraina harus bisa diantisipasi oleh setiap negara. Sebab inflasi global yang terjadi saat ini diprediksi masih panjang selama perang kedua negara tersebut masih berlangsung. 

"Inflasi ini merupakan situasi ekonomi yang saya kira akan lama selesainya baik tingkat global maupun di Indonesia juga. Saya kira semuanya tahu penyebab inflasi pertama demand dan supply, kali ini ditambah dengan perang Rusia-Ukraina," ucapnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler