Pasokan Bitcoin dan Ethereum Berkurang, Bisa Jadi Kabar Positif
Ke depannya, bitcoin dan ethereum kemungkinan akan kian banyak diminati, mengingat ekonomi digital dunia serta adopsi kripto terus bertumbuh setiap harinya.
Baru baru ini, aset kripto terpopuler, bitcoin (BTC), mencapai rekor baru yakni sebanyak 19 juta keping bitcoin telah berhasil ditambang dari total maksimal suplai bitcoin sebesar 21 juta. Dengan demikian, total bitcoin yang bisa ditambang hanya tersisa sekitar dua juta keping saja.
Tak hanya bitcoin, kabar menarik pun datang dari aset kripto peringkat dua yaitu ethereum (ETH). Sebanyak dua juta ethereum sudah berhasil di-burn oleh para developer ETH. Burning dua juta token ETH itu bertujuan untuk meningkatkan Ethereum Improvement Proposal atau EIP-1559.
Berdasarkan data perdagangan Indodax pada Senin 11 April 2022, harga Bitcoin berada di kisaran Rp 604 juta per 1 BTC. Adapun harga ethereum berada di kisaran Rp 46 juta per 1 ETH.
Bitcoin dan ethereum adalah dua aset kripto yang paling banyak ditransaksikan oleh para investor karena kedua kripto ini lebih populer dibanding kripto lainnya. Keduanya menduduki peringkat teratas secara market cap di situs Coinmarketcap ataupun CoinGecko dan secara teknologi serta project pun lebih mature sehingga permintaan terhadap kedua kripto ini tinggi.
Dua momen penting itu tentu akan banyak mengurangi pasokan dari kedua kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar tersebut. Bitcoin dan ethereum memang sering dibeli oleh para investor institusi.
Seperti perusahaan besutan Michael Saylor, Micro Strategy, yang belum lama ini memborong bitcoin senilai Rp 1,7 triliun lewat anak perusahaannya, MacroStrategy, menggunakan pinjaman yang didapat dari bank kripto asal San Diego, Silvergate, dengan jaminan bitcoin sebesar 205 juta dolar AS.
Pinjaman yang didapatkan dari menjaminkan BTC yang sudah dimiliki oleh MicroStrategy sebelumnya, ditujukan guna menambah portofolio untuk disimpan sebagai investasi jangka panjang.
Tidak hanya itu, tingginya permintaan terhadap kripto khususnya bitcoin dan ethereum juga terjadi karena orang-orang semakin sadar soal teknologi blockchain sehingga banyak negara di dunia yang melonggarkan kebijakan soal kripto sebagai suatu komoditas, alat pembayaran, bahkan devisa negara.
Fungsi kripto pun semakin dibutuhkan karena ekosistemnya, seperti NFT, defi, dan metaverse yang banyak menggunakan jaringan ethereum. Terlebih, adanya momen seperti halving day bitcoin selama empat tahun sekali, para penambang akan semakin sulit mendapatkan bitcoin. Faktor ini juga akan menyebabkan harga bitcoin juga semakin naik.
Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan, menilai berkurangnya pasokan bitcoin dan ethereum menjadi kabar positif karena akan meningkatkan harga aset kripto tersebut jika dilihat secara jangka panjang, seiring masih tingginya permintaan di pasar.
"Orang orang harus memahami bahwa jika minat dan permintaan akan suatu barang semakin banyak, suplai barang yang ada pun akan semakin berkurang. Sehingga nantinya harga barang pun akan naik. Hukum pasar ini juga berlaku di pasar perdagangan kripto," kata Oscar dalam keterangan resminya, akhir pekan lalu.
Melihat banyak masuknya investor kripto pemula baik itu perseorangan ataupun institusi dan regulasi negara yang mengizinkan kripto khususnya bitcoin dan ethereum untuk difungsikan selain sebagai komoditas, ke depannya bitcoin dan ethereum kemungkinan akan semakin banyak diminati mengingat ekonomi digital dunia serta adopsi kripto terus bertumbuh setiap harinya.
Baca juga artikel terkait ini:
- Pentingnya Edukasi untuk Lebih mengenal Kripto, NFT, dan Metaverse
- Aset Kripto akan Dikenai Pajak, Diharapkan tak Memberatkan Para Trader
- Cara Daftar di Indodax untuk Pemula yang Ingin Trading Aset Kripto
- Investasi Mata Uang Kripto Bisa Jadi akan Semakin Lumrah
- Mata Uang Kripto Kian Digandrungi Kawula Muda, Pembelian Naik Lebih dari 100 Persen