Bagaimana Muslim Ukraina Berpuasa Saat Perang?
IHRAM.CO.ID,JAKARTA -- Di bulan suci Ramadhan ini, muslim di Ukraina juga menjalankan ibadah puasa mulai dari tebitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Namun, tidak seperti negara-negara lainnya, umat Islam di Ukraina saat ini berada dalam kondisi perang.
Menurut organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lima minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina, lebih dari 10 juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka, termasuk sekitar empat juta orang yang melarikan diri ke luar negeri.
Muslim membentuk sekitar satu persen dari populasi Ukraina, sebuah negara yang sebagian besar dihuni oleh orang Kristen Ortodoks. Setelah perang dengan Rusia, banyak umat Islam Ukraina yang juga melarikan diri ke luar negeri. Sementara, muslim Ukraina yang tetap tinggal membutuhkan banyak bantuan untuk mengatasi situasi sulit.
Di bulan suci Ramadhan ini, saat sulit bagi muslim Ukraina dalam menjalankan ibadah puasa, baik secara fisik maupun psikologis. Karena, saat mendengar suara sirene, mereka harus bersembunyi bahkan saat berbuka puasa.
Aljazeera melaporkan, Ukraina adalah rumah bagi lebih dari 20.000 warga negara Turki, serta sejumlah orang Turki, terutama Tatar Krimea. “Muslim di negara itu harus menyesuaikan kembali segalanya,” kata Ketua Liga Muslim Ukraina, Niyara Mamutova dikutip dari dailytrust, Ahad (10/4).
Niyara Mamutova sendiri telah mengungsi dari provinsi tenggara Zaporizhzhia. Pada hari pertama bulan puasa, dia pun menyiapkan makan malam berbuka puasa dengan beberapa keluarga pengungsi yang tinggal bersamanya di pusat Islam di Chernivtsi.
Namun, persiapan Ramadhan tahun ini sulit dan emosional karena bom jatuh di negara itu dan pihak berwenang telah memberlakukan jam malam di banyak daerah. Selain itu, ada pembatasan pergerakan di malam hari ketika keluarga berkumpul untuk berbuka puasa.
Seorang istri dari salah satu imam di negara itu, Mamutova, mengatakan, “Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, untuk berdoa bagi keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina,” kata Mamutova.