OPEC: Uni Eropa tak Mungkin Ganti Kehilangan Pasokan Minyak Rusia

OPEC sebut tak akan memompa minyak lebih banyak untuk ganti kehilangan pasokan.

AP/Martin Meissner
Tangki minyak terlihat di Wesseling, dekat Cologne, Jerman, Rabu, 6 April 2022. Jerman memperingatkan untuk melarang semua impor energi dari Rusia karena perang di Ukraina, karena embargo akan memiliki konsekuensi yang tidak terduga bagi ekonomi terbesar Eropa itu.
Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- OPEC mengatakan, kepada Uni Eropa pada Senin (11/4), sanksi saat ini dan di masa depan terhadap Rusia dapat menciptakan salah satu guncangan pasokan minyak terburuk. OPEC juga mengatakan tidak mungkin mengganti volume tersebut, serta mengisyaratkan pihaknya tidak akan memompa lebih banyak.

Pejabat Uni Eropa mengadakan pembicaraan di Wina, Austria, dengan perwakilan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) di tengah seruan agar kelompok itu meningkatkan produksi dan ketika Uni Eropa mempertimbangkan kemungkinan sanksi terhadap minyak Rusia.

"Kami berpotensi melihat hilangnya lebih dari 7 juta barel per hari (bph) minyak Rusia dan ekspor cairan lainnya, akibat sanksi saat ini dan di masa depan atau tindakan sukarela lainnya," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo, menurut salinan pidatonya dilihat oleh Reuters.

"Mempertimbangkan prospek permintaan saat ini, hampir tidak mungkin untuk mengganti kehilangan dalam volume sebesar ini," katanya.

Uni Eropa mengulangi seruannya dalam pertemuan untuk negara-negara penghasil minyak untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan pengiriman guna membantu mendinginkan harga minyak yang melonjak, kata seorang pejabat Komisi Eropa kepada Reuters. Perwakilan Uni Eropa juga menunjukkan, OPEC memiliki tanggung jawab memastikan pasar minyak yang seimbang, kata pejabat itu.

OPEC telah menolak seruan Amerika Serikat dan Badan Energi Internasional untuk memompa lebih banyak minyak mentah guna mendinginkan harga, yang mencapai puncak 14 tahun bulan lalu setelah Washington dan Brussels memberlakukan sanksi terhadap Moskow menyusul invasi Rusia ke Ukraina.

Dalam pertemuan dengan OPEC, Uni Eropa mengatakan OPEC dapat menyediakan lebih banyak produksi dari kapasitas cadangannya, menurut dokumen OPEC yang dilihat oleh Reuters. Namun, Barkindo mengatakan pasar yang sangat bergejolak saat ini adalah akibat dari "faktor nonfundamental" di luar kendali OPEC, dalam sinyal bahwa kelompok itu tidak akan memompa lebih banyak.

OPEC+ yang terdiri atas OPEC dan produsen lain termasuk Rusia, akan meningkatkan produksi sekitar 432 ribu barel per hari pada Mei, sebagai bagian dari pengurangan bertahap pemotongan produksi yang dilakukan selama pandemi Covid-19 terburuk.

Baca Juga


Pertemuan UE-OPEC pada Senin (11/4/2022) sore adalah yang terbaru dalam dialog yang diluncurkan antara kedua belah pihak pada 2005. Minyak Rusia telah dikecualikan dari sanksi Uni Eropa sejauh ini. Tetapi setelah blok 27 negara itu sepakat pekan lalu untuk memberikan sanksi kepada batu bara Rusia - yang pertama menargetkan pasokan energi - beberapa pejabat senior Uni Eropa mengatakan minyak bisa menjadi yang berikutnya.

Komisi Eropa sedang menyusun proposal untuk embargo minyak di Rusia, menteri luar negeri Irlandia, Lithuania dan Belanda mengatakan pada Senin (11/4/2022) pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Luksemburg, meskipun tidak ada kesepakatan untuk melarang minyak mentah Rusia.

Australia, Kanada, dan Amerika Serikat, yang kurang bergantung pada pasokan Rusia daripada Eropa, telah melarang pembelian minyak Rusia. Negara-negara Uni Eropa terpecah mengenai apakah akan mengikutinya, mengingat ketergantungan mereka yang lebih tinggi dan potensi akan mendorong harga energi yang sudah tinggi di Eropa.

Uni Eropa memperkirakan penggunaan minyaknya akan berkurang 30 persen pada 2030, dari tingkat 2015, di bawah kebijakan yang direncanakan untuk memerangi perubahan iklim - meskipun dalam jangka pendek, embargo akan memicu langkah untuk mengganti minyak Rusia dengan pasokan alternatif.

sumber : Antara / Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler