Google Bantah Laporan Citra Satelit Masih Tanpa Sensor di Rusia
Sejumlah gambar menunjukan Google membuka akses ke fasilitas militer Rusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google mengatakan, pihaknya belum membuat perubahan terkait cara menyensor citra satelit Rusia. Kabar tersebut bertentangan dengan klaim yang beredar di Twitter bahwa Google membuka akses ke fasilitas militer dan strategis Rusia.
Pada Senin pagi, akun Twitter @ArmedForcesUkr men-tweet serangkaian gambar yang tampaknya menunjukkan peralatan militer. “Sekarang semua orang dapat melihat berbagai peluncur Rusia, ranjau, rudal balistik antarbenua, pos komando, dan tempat pembuangan sampah rahasia dengan resolusi sekitar 0,5 meter per piksel,” katanya.
Postingan tersebut telah dikutip oleh perusahaan media seperti The Moscow Times dan terjemahan bahasa Inggris dari cuitan menjadi viral setelah dibagikan ribuan kali. The Verge dapat mengkonfirmasi bahwa setidaknya satu gambar dari tweet tersedia di Google Maps dan itu menggambarkan situs militer Rusia yang aktif.
Namun, perusahaan mengatakan kabar ini bukan hal baru. Juru bicara Google, Genevieve Park mengatakan, perusahaannya belum membuat perubahan citra satelit di Rusia. “Kami belum membuat perubahan kabur pada citra satelit kami di Rusia,” ujar Park. Sementara gambar yang beredar tersedia di Google Maps jauh sebelum konflik di Ukraina.
Bukan hal yang aneh bagi Google untuk mengaburkan peta area yang berpotensi sensitif, termasuk lokasi militer. Misal, Google Maps membuat piksel gambar pangkalan udara 705 Angkatan Udara Prancis. Namun, ada banyak instalasi militer lain yang dapat dilihat secara publik. Google Maps memungkinkan pengguna melihat citra satelit yang detail dari Pangkalan Angkatan Udara Nellis Amerika dan Area 51 yang terkenal.
Dilansir The Verge, Selasa (19/4/2022), Google telah mengambil sejumlah tindakan terhadap Rusia sejak menyerang Ukraina. Perusahaan telah menghentikan sementara penjualan iklan, memutus akses ke Google Pay untuk beberapa pengguna Rusia sesuai dengan sanksi, dan melarang akun media pemerintah Rusia menjalankan iklan di saluran YouTube.
Pemerintah Rusia telah mengancam akan mendenda perusahaan tersebut karena YouTube memiliki video yang berisi informasi yang salah tentang perang di Ukraina.