Ahmad Akhirnya Mudik Setelah Hampir Satu Dekade tak Melihat Kampung Halaman

Ahmad menyebut ongkos untuk menuju ke kampungnya sebesar Rp 500 ribu tiap orang.

ANTARA/Muhammad Iqbal
Calon penumpang bersiap naik ke dalam bus untuk menuju kampung halamannya di Terminal Poris Plawad, Tangerang, Banten, Selasa (12/4/2022). (Ilustrasi)
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG--Kegirangan dan antusiasme terpancar dari wajah Ahmad Taslim (37 tahun) saat hendak menaiki bus di Terminal Poris Plawad, Kota Tangerang, Ahad (24/4/2022). Meski terik begitu menyengat disertai dahaga pada siang itu, Ahmad terus memperlihatkan rasa senangnya karena akan melakukan perjalanan mudik bersama istri dan anaknya.   

Ahmad menuturkan, mudik kali ini menjadi momen baginya untuk bisa bersilaturahim ke kampung halamannya di Palembang, Sumatra Selatan. Dia mengaku sudah hampir satu dekade tidak pulang ke kampung halaman karena berbagai alasan. Terlebih dua tahun belakangan dilanda pandemi Covid-19 yang menyebabkan peniadaan mudik.

“Saya baru pulang sejak 2013, makanya Alhamdulillah banget ini bisa pulang dan ketemu orang tua. Sebenarnya dua tahun kemarin itu saya juga berencana mudik dan justru sudah beli tas untuk pulang kampung, tapi enggak jadi karena pandemi, enggak boleh pulang, pulang juga percuma dikarantina sama saja enggak ketemu keluarga,” tutur Ahmad saat ditemui Republika.co.id di Terminal Poris Plawad, Ahad (24/4/2022).

Baca Juga


Ia mengaku, mudik dengan menggunakan bus dari Kota Tangerang menuju Kabupaten Empat Lawang melintasi Selat Sunda, lalu melanjutkan perjalanan ke Kota Palembang. Perjalanan mudik tersebut membutuhkan waktu sekitar 19 jam.

Ahmad tak memilih mudik dengan menggunakan transportasi udara lantaran biayanya yang mahal, ditambah perjalanan darat yang cukup jauh saat tiba di Pulau Sumatra menuju kediamannya. Biaya atau ongkos mudik menurutnya menjadi hal utama yang disiapkan.

Ahmad menyebut ongkos yang dikeluarkan untuk menuju ke kampungnya sebesar Rp 500 ribu per orang. Biaya tersebut terbilang jauh lebih terjangkau dibandingkan menggunakan pesawat yang rata-rata sekitar Rp 1,8 juta per orang.

“Ongkos ya terutama yang disiapkan, saya juga mengambil tanggal 24 April ini karena harganya lebih rendah daripada misalnya tanggal 28 April atau 29 April, itu kan mendekati Lebaran. Kalau naik pesawat bagi kami pekerja pabrik enggak terjangkau lah,” tuturnya.

Tak jauh dari Ahmad, seorang pemudik lainnya, Iwan juga mengungkapkan rasa senangnya bisa melakukan mudik pada tahun ini. Pria berusia 33 tahun tersebut mengatakan, dirinya bersama rombongan memulai perjalanan mudik dari Aceh menggunakan transportasi darat ke Medan, Sumatra Utara.

Dari Medan, rombongan melakukan penerbangan menuju ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Pagi tadi mereka baru tiba di bandara internasional tersebut, dan langsung ke Terminal Poris Plawad, Tangerang untuk melanjutkan perjalanan ke kampung halaman di Rembang, Jawa Tengah.

“Ya senang lah bisa mudik. Keluarga saya semua di Rembang, Jawa Tengah. Dua tahun kemarin enggak pulang pas Lebaran karena pandemi,” kata Iwan.

Pria yang bekerja sebagai buruh proyek di Aceh tersebut mengatakan perlu menyiapkan kesehatan fisik untuk melakukan perjalanan mudik. Dia mengatakan, perjalanan mudiknya bisa menghabiskan waktu dua hari dari Aceh hingga Rembang.

“Saya juga sudah vaksinasi booster, semoga aman, terhindar dari Covid-19,” kata dia.

Sementara itu, terkait dengan biaya, jumlah ongkos yang dihabiskan sekitar Rp 4 juta, namun biaya tersebut ditanggung perusahaan yang mempekerjakannya. Dengan diperbolehkannya kembali mudik pada tahun ini dinilai oleh Iwan sebagai kesempatan baik baginya untuk menemui keluarga di kampung halaman.

Iwan dan Ahmad sepakat berharap agar pandemi Covid-19 bisa benar-benar tiada agar aktivitas bisa berjalan dengan normal. “Mudah-mudahan Covid-19 segera berakhir karena kalau ada penyekatan lagi lumpuh ekonomi terutama para pekerja pabrik atau proyek kayak kami,” kata Ahmad, senada dengan Iwan.

Kepala Terminal Poris Plawad Alwien Athena Alwie mengatakan terjadi peningkatan jumlah penumpang pada H-10 di Terminal Poris Plawad pada momen mudik tahun ini. Jumlah penumpang bus bergerak di angka lebih dari seribuan.

“Sudah mulai ada peningkatan kemarin (H-10) sebanyak 1.000-an penumpang per hari. Kalau hari-hari sebelumnya di bawah 1.000 penumpang, sempat mencapai angka 900, lalu turun 500, naik turun. Sekarang ini titik awal terjadi kenaikan,” kata Alwien.

Sementara terkait jumlah armada bus yang diberangkatkan dari Terminal Poris Plawad mencapai hingga 180 unit bus. Angka tersebut naik dari hari-hari normal sebanyak 130-150 armada bus. Diperkirakan angkanya bisa semakin meningkat seiring dengan menuju puncak arus mudik yang diperkirakan terjadi pada H-3 atau H-2 Lebaran. Jumlah armada diperkirakan bisa mencapai sekitar 300-400 unit bus pada puncak arus mudik.

“Untuk antisipasi saya sudah koordinasi dengan agen untuk berkoordinasi dengan pimpinan perusahaan, mereka saya minta jika terjadi lonjakan penumpang, apakah mengeluarkan bus bantuan atau bus pariwisata. Saya bilang, saya tidak mau ada penumpang yang terlantar,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler