Penyintas Kemungkinan akan Alami Long Covid Jika Miliki Dua Faktor Ini

Studi terbaru ungkap dua faktor yang dapat menjadi prediktor long Covid.

Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Studi menunjukkan sekitar 30-60 persen penyintas mengalami long Covid.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih ada cukup banyak hal yang belum benar-benar dipahami mengenai long Covid. Namun, studi terbaru berhasil menemukan dua faktor yang dapat menjadi prediktor long Covid.

Long Covid merupakan sebuah kondisi di mana orang yang sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 masih mengalami gejala untuk waktu yang cukup lama. Persentase penyintas Covid-19 yang mengalami long Covid belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa persentase penyintas Covid-19 yang mengalami gejala berkepanjangan berkisar di angka 30-60 persen.

Menurut sebuah studi yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan European Congress of Clinical Microbiology & Infectious Diseases, ada dua faktor yang dinilai bisa memprediksi kemunculan long Covid pada penyintas Covid-19. Salah satu di antaranya adalah waktu kemunculan gejala Covid-19.

"Bila gejala Anda muncul pada pekan ke-15, gejala tersebut kemungkinan akan tetap ada satu tahun setelahnya," jelas dr Natalie Azar, seperti dilansir Today, Kamis (28/4/2022).

Faktor lainnya adalah tingkat keparahan gejala ketika terkena Covid-19. Penyintas yang mengalami gejala Covid-19 sedang hingga berat memiliki kemungkinan dua kali lipat untuk mengalami gejala long Covid satu tahun kemudian.

Studi terbaru ini didasarkan pada survei yang melibatkan 289 penyintas Covid-19 sebagai responden. Survei ini dilakukan satu tahun setelah para responden terdiagnosis dengan Covid-19. Para penyintas ini mengalami tingkat keparahan gejala yang beragam saat terkena Covid-19, mulai dari tidak bergejala hingga bergejala berat.

Selain menemukan dua faktor prediktor long Covid, tim peneliti juga menemukan beberapa gejala yang paling umum dikeluhkan. Sebagian besar gejala long Covid yang dialami oleh para penyintas Covid-19 adalah gangguan tidur, kelelahan, dan masalah pernapasan.

Baca Juga


Lebih dari 50 persen para responden mengeluhkan gangguan tidur. Selain itu, sepertiga responden juga mengalami kelelahan dan 12 persen responden mengalami masalah bernapas yang mengganggu kualitas hidup mereka.

"Kami tidak tahu apa sebenarnya yang menyebabkan long Covid. Ada beberapa lini penelitian dan hipotesis berbeda mengenai itu, namun bila Anda tak mengetahui penyebabnya, sulit untuk mengobatinya," kata dr Azar.

Gejala Covid-19 pada orang yang sudah divaksinasi. - (Republika)

Karena keluhan ini masih belum benar-benar dipahami, penderita long Covid kerap mengalami kesulitan untuk menemukan terapi pengobatan yang tepat. Bahkan, hingga saat ini, belum ada definisi terstandar atau universal untuk long Covid.

"Ini merupakan sebuah area penelitian aktif," jelas dr Azar.

Dr Azar menganjurkan agar orang-orang yang curiga dirinya mengalami long Covid berkonsultasi dengan dokter yang mau mendengarkan dan memvalidasi keluhan mereka. Hal ini akan membuka pintu bagi pasien untuk mendapatkan penanganan yang tepat untuk keluhan long Covid mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler