Okupansi Meningkat, Pelaku Hotel di Malang Raya Mulai Merasa Lega
Pelaku Hotel di Malang Raya mulai merasa lega karena okupansi meningkat
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pelaku hotel di Malang Raya akhirnya mulai bisa merasa lega. Sebab, okupansi selama masa Ramadhan dan Lebaran mengalami peningkatan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basoeki, menyatakan peningkatan okupansi telah memberikan dampak positif bagi pelaku usaha. Mayoritas pengusaha hotel bisa membayarkan gaji karyawan secara penuh.
"Rata-rata sudah membagikan THR-nya juga semua, gaji juga sudah mulai normal," kata Agoes saat dihubungi wartawan.
Kebijakan pelonggaran dari pemerintah telah memberikan dampak pada peningkatan okupansi. Tak hanya tempat tidur, tapi juga untuk agenda meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE).
Bahkan, restoran hotel selama Ramadhan penuh sehingga terpaksa menolak beberapa pengunjung yang hendak berbuka puasa. Seperti diketahui, masyarakat saat berbuka puasa biasanya akan mengunjungi restoran yang berada di hotel.
"Mereka kalau dulu suka sendiri, jalan-jalan beli takjil, sekarang tempat-tempat hotel resto penuh," ujarnya.
Meskipun okupansi penuh, Agoes memastikan pelaku hotel tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) Covid-19 dengan baik. Salah satunya dengan melakukan pemeriksaan status tamu hotel melalui aplikasi PeduliLindungi. Melalui aplikasi ini, status tamu bisa terlihat apakan sudah tervaksin atau belum.
Berdasarkan pengamatan, hampir sebagian besar tamu sudah mendapatkan vaksin dua dosis. Bahkan, beberapa di antaranya telah menerima vaksin booster. Hal yang pasti, 90 persen karyawan hotel-hotel di Kota Malang sudah mendapatkan vaksin booster juga.
Kabar baik mengenai okupansi yang meningkat juga muncul dari hotel-hotel yang berada di Kota Batu. Ketua PHRI Kota Batu, Sujud Hariadi mengungkapkan, tingkat keterisian hotel di daerahnya sudah normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Pada masa Idul Fitri, tingkat okupansi hotel di Kota Batu sudah mencapai 50 persen, bahkan ada yang sampai 70 persen.
Menurut Sujud, rata-rata tamu hotel berasal dari luar Kota Batu. Namun sebagian besar berasal dari Jakarta dan Jawa Tengah. Kemudian ada pula tamu dari Jawa Barat dan Surabaya Raya.
Sujud tak menampik, peningkatan okupansi ini telah memberikan dampak positif untuk pengusaha hotel. Pengusaha mampu membayar gaji karyawan secara penuh, bahkan bisa memberikan Tunjangan Hari Raya (THR). "Tapi kerugian selama dua tahun akibat Covid-19 belum sepenuhnya pulih," jelasnya.