Keutamaan Berhubungan Intim Suami Istri dalam Perspektif Ilmu Tasawuf

Berhubungan suami istri yang sah memiliki muatan pahala yang besar

Republika/Mardiah
Ilustrasi Hubungan Intim. Berhubungan suami istri yang sah memiliki muatan pahala yang besar
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Masyarakat pada umumnya hanya memahami mandi sebagai aktivitas membasuh tubuh dengan menggunakan air. Sementara, dalam Islam terdapat tiga macam mandi, yaitu mandi mubah, sunnah, dan wajib.

Baca Juga


Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar, menjelaskan mandi mubah adalah mandi yang dilakukan setiap hari untuk membersihkan dan menyegarkan badan. Mandi sunnah adalah mandi yang dilakukan sebelum menunaikan ibadah-ibadah tertentu, seperti sholat Jumat, sholat Id, dan lain-lain.

Sedangkan mandi wajib adalah mandi yang dilakukan setelah melakukan hubungan suami istri atau bermimpi basah. Dalam bukunya yang berjudul “Shalat Sufistik" terbitan Alifia Books, Kiai Nasaruddin Umar kemudian menjelaskan tentang keutamaan hubungan suami istri.

Menurut dia, seorang suami yang menyetubuhi istrinya dengan benar, maka dia mendapatkan pahala. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi SAW dari Abu Dzar al-Ghifari:

وفي بُضع أحدكم صدقة ، قالوا : يا رسول الله أيأتي أحدُنا شهوتَه ويكون له فيها أجر ؟ قال : أرأيتم لو وضعها في حرام أكان عليه فيها وزر ؟ فكذلك إذا وضعها في الحلال كان له أجر

“Hubungan badan antara kalian (dengan istri atau hamba sahaya kalian) adalah sedekah. Para sahabat lantas bertanya kepada Rasulullah, ‘Wahai Rasulullah, apakah jika kami mendatangi istri kami dengan syahwat itu mendapatkan pahala?’ Beliau menjawab, ‘Bukanlah jika kalian bersetubuh pada sesuatu yang haram, kalian mendapatkan dosa? Oleh karena itu, jika kalian bersetubuh pada sesuatu yang halal, tentu kalian akan mendapatkan pahala.” (HR Muslim).

Menurut Kiai Nasaruddin, fadilah atau keutamaan hubungan badan suami dan istri juga dibahas dalam beberapa kitab tasawuf, salah satunya kitab Kasyf al-Asrar karya Maibudi. Salah satu hadits yang dikutip adalah riwayat Sa’id bin al-Musayyad bahwa Nabi Muhammad SAW pernah berkata:  

“Ketika seseorang pria Muslim berniat untuk mendatangi istrinya, Tuhan mencatatkan untuknya 20 amal kebajikan dan menghapuskan 20 perbuatan buruk (dosa). Ketika dia meraih tangan istrinya, Tuhan menuliskan untuknya 40 amal kebajikan dan menghapuskan 40 perbuatan buruk. Ketika dia mencium istrinya, Tuhan mencatatkan untuknya 60 amal kebajikan dan menghapuskan darinya 60 perbuatan buruk. Ketika dia menggauli istrinya, Tuhan menuliskan untuknya 120 amal kebajikan. Ketika dia berdiri untuk membersihkan dirinya (mandi junub), Tuhan membanggakannya di depan para malaikat dan berfirman, ‘Lihatlah hamba-Ku, dia berdiri di tengah malam yang dingin untuk membersihkan dirinya dari kotoran (janabah) untuk mendapatkan perkenan dari Tuhannya. Jadilah saksi-Ku bahwa Aku telah mengampuninya’.”   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler