Sampah Menumpuk, DLK Yogya : Paling Tidak 2 Minggu Memulihkan

Dalam dua hari nanti Kota Yogyakarta menjadi darurat sampah.

Wihdan Hidayat / Republika
Tumpukan sampah meluber ke jalan di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Lempuyangan, Yogyakarta, Senin (9/5/2022). Kondisi sampah di TPS kota Yogyakarta mulai menumpuk dan tidak bisa dibuang imbas penutupan jalan masuk TPST Piyungan. Sejak Jumat petugas DLH Kota Yogyakarta sudah tidak bisa mengirimkan sampah ke TPST Piyungan.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Penumpukan sampah terjadi di Kota Yogyakarta menyusul adanya pemblokiran akses ke TPST Piyungan, Kabupaten Bantul oleh warga. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta menyebut, kondisi TPS, depo hingga truk-truk sampah sudah mulai penuh menampung sampah yang tidak bisa dibuang ke TPST Piyungan. 

Baca Juga


"Untuk memulihkannya kedepan, itu perlu paling tidak dua minggu memulihkannya menjadi nol atau menjadi kondisi normal," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto kepada Republika, Senin (9/5).

Pihaknya mengasumsikan, tempat penampungan sampah di Kota Yogyakarta hanya dapat bertahan lima hari sejak dilakukanya pemblokiran, Sabtu (7/5) lalu. Artinya, jika kondisi ini terus berlangsung, maka dalam dua hari nanti Kota Yogyakarta menjadi darurat sampah. 

Kota Yogyakarta menghasilkan sampah sekitar 360 ton sampai 370 ton per harinya. Namun, jumlah tersebut meningkat selama masa libur Lebaran mengingat meningkatkan kunjungan wisatawan dan juga kedatangan pemudik ke Kota Yogyakarta. 

Kuncoro menyebut, peningkatan produksi sampah selama masa libur Lebaran mencapai 15 persen dibanding hari biasa. Dengan begitu, produksi sampah di masa libur Lebaran lebih dari 400 ton per harinya. 

"Kalau besok belum ada pembukaan blokade, jelas kami akan mengalami darurat sampah. Karena untuk menormalkan sampah yang 370 ton per hari plus 15 persen kenaikannya ini, relatif lama waktu untuk memulihkannya," ujar Sugeng. 

Untuk itu, ia pun meminta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah organik dan non organik. 

"Kami berharap masyarakat semuanya dalam kondisi seperti ini mohon maaf belum optimal memberikan pelayanan kepada masyarakay berkaitan dengan kebersihan. Tapi kami juga berharap mari kita bersama-sama berpartisipasi untuk pengelolaan sampahnya dan mengurangi produksi sampah-sampah yang organik," jelasnya. 

Terkait dengan mengoptimalkan TPS3R, Sugeng menuturkan, di Kota Yogyakarta baru satu TPS3R yang efektif. Bahkan, TPS3R tersebut juga tidak memiliki ruang yang besar untuk mengolah semua sampah yang ada di Kota Yogyakarta. 

"TPS3R kan lebih bersifat pemilahan, kita hanya memiliki satu yang efektif. Jadi kalau TPS3R yang kapasitasnya sekian ratus ton kita tidak memiliki itu," tambah Sugeng. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kuncoro Cahyo Aji mengatakan sebelumnya bahwa, pihaknya sudah sepakat dengan kabupaten/kota untuk mengefektifkan TPS3R. TPS3R ini diefektifkan agar pengelolaan sampah selesai di tingkat kelurahan.

Dengan begitu, katanya, sampah yang masuk ke TPST Piyungan dapat berkurang. Saat ini ada 64 TPS3R yang diefektifkan di tingkat kelurahan di DIY. 

Pihaknya bersama kabupaten/kota akan menambah setidaknya 109 TPS3R. Jika nantinya, seluruh TPS3R ini sudah efektif, maka diperkirakan hanya akan ada 10 persen sampah yang masuk ke TPST Piyungan.

"Kita tambah lagi 109 TPS3R karena target kami sampah selesai di tingkat kelurahan. Kalau sudah efektif ini yang masuk ke Piyungan sekitar 10 persen, itu pun hanya residu yang sudah tidak bisa diolah di tingkat TPS3R," kata Kuncoro kepada Republika, Ahad (8/5/2022).

Penambahan 109 TPS3R di tingkat kelurahan tersebut belum dipastikan kapan akan terselesaikan. Hal itu tergantung dengan ketersediaan dana yang ada.

"Tapi kami akan tetap mengusulkan dengan planning yang matang. 109 itu kami harapkan setiap kelurahan bisa menyelesaikan sampahnya sendiri secara mandiri," ujar Kuncoro. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler