Dampak Terburuk Apabila Sakit Hepatitis Dibiarkan

Penderita hepatitis bisa alami fungsi hati yang memburuk.

www.piqsels.com
Penderita hepatitis bisa alami fungsi hati yang memburuk.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit hepatitis masih banyak terjadi di Tanah Air. Jika dibiarkan, penderita hepatitis bisa mengalami fungsi hati memburuk.

Baca Juga


Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ari Fahrial Syam menjelaskan, hepatitis secara definisi yaitu peradangan hati. "Kalau bicara soal peradangan (hepatitis), penyebabnya bisa macam-macam. Yang paling sering muncul yaitu karena dari virus," ujar Ari yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) saat mengisi konferensi virtual, Selasa (10/5/2022).

Ia menyebutkan, hepatitis yang disebabkan oleh virus yaitu hepatitis A, virus hepatitis B, virus hepatitis C. Ketika terinfeksi hepatitis jenis ini, dia melanjutkan, virus ini kemudian menyerang liver manusia. Secara clinical practice, dia melanjutkan, yang perlu diperiksakan untuk penegakan diagnosa adalah hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C. 

Sementara hepatitis E membutuhkan kit khusus. Ia menambahkan, hanya Palang Merah Indonesia (PMI) yang punya alatnya untuk kepentingan donor darah. Tetapi bisa juga di kondisi penyakit yang lain, misalnya demam berdarah dengue (DBD) juga bisa menyebabkan kondisi liver yang terganggu.

Ia menambahkan, berbagai macam penyakit yang lain juga bisa menyebabkan gangguan pada liver yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi. Belum lagi penyakit lainnya seperti Leptospirosis atau keracunan obat yang bisa berdampak pada liver. 

Kalau terlambat diobati, misalnya pasien anak maka ia mengalami rewel, hingga kelaparan, dan kalau kondisinya terus memburuk kemudian pasien tak mau makan, atau dianggap biasa dan terus beraktivitas maka kondisinya akan semakin memburuk, fungsi hati juga memburuk.

Ia mengingatkan kondisinya berujung fatal. Misalnya, hepatitis B kalau misalnya sudah lanjut atau akut bisa menyebabkan gangguan di otak dan pasien kemudian tidak sadar.  

"Kemudian diperbaiki keluhan pasien, misalnya kami beri infus makanan atau infus untuk menetralkan racun. Dalam kondisi seperti saat ini ketika melihat perubahan dalam keluarga kita yang menderita hepatitis maka sesegera mungkin dicek ke dokter untuk memastikannya," katanya.

Ia menambahkan, ketika mengalami hepatitis apapun, baik hepatitis A, B, C termasuk yang sekarang misterius pada anak-anak maka tetap harus dipantau. Prinsipnya adalah ketika sudah melihat anggota keluarga baik anak-anak maupun orang dewasa yang menderita hepatitis ketika lemas, meriang, mual, muntah kemudian kencingnya seperti air teh maka kuncinya adalah istirahat.

Apalagi kalau penyakit hepatitis disebabkan oleh virus. Ia meminta usahakan keluarga tetap usahakan pasien hepatitis tetap makan.

Kemudian, jika pasien hepatitis mendapapatkan perawatan medis juga harus dipantau. Ia khawatir kalau terus dibiarkan, kondisi pasien hepatitis memburuk.

Apalagi jika penderita hepatitis memiliki autoimun dan yang memiliki fisiknya kurang baik dan terkena infeksi kronis lain kemudian terkena hepatitis maka dampaknya lebih buruk dibandingkan ke yang lain yang tidak punya penyakit penyerta. Lebih lanjut, ia juga meminta masyaraka perlu mengetahui bahwa hepatitis disebabkan oleh virus yang berbeda-beda jenis. 

"Karena kadang pasien ketika dijelaskan terdiagnosa hepatitis A kemudian menganggap levelnya masih rendah, belum menjadi hepatitis B, hepatitis C. Padahal, itu berbeda, bukan level penyakit," katanya.

Ia menambahkan, yang sering terjadi wabah adalah hepatitis A karena virusnya berhubungan dengan makanan dan minuman. Misalnya, wabah di suatu kampus karena tercemar wabah hepatitis jadi tercemar.

Atau misalnya, di satu daerah ternyata sumber airnya tercemar virus hepatitis A maka orang-orang konsumsi sumber air ini, apalagi tidak dimasak dengan baik kemudian tertular. Ia meminta masalah ini perlu jadi perhatian masyarakat bagaimana penularan hepatitis.

"Misalnya kalau hepatitis B memang berhubungan dengan makanan, selain itu juga darah, dan penggunaan benda tajam. Sehingga, Palang Merah Indonesia (PMI) benar-benar skrining darah yang didonorkan tidak mengandung virus hepatitis B," ujarnya. 

Sedangkan, hepatitis C disebabkan oleh kontak seksual atau melalui jarum suntik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler