Planet Ini Memiliki Cincin, Ukurannya 200 Kali Lebih Besar Dibanding Saturnus
Cincin berdebu yang mengelilingi J1407 menghalangi 95 persen cahaya yang dipancarkan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa tahun lalu, para astronom dari Observatorium Leiden di Belanda menemukan sistem cincin masif dengan bintang dan planet di dalamnya. Astronom Eric Mamajek dan Matthew Kenworthy menemukan planet unik yang mereka sebut sebagai super Saturnus pada 2012.
Sebelumnya, para astronom tidak pernah mendeteksi sistem cincin di luar tata surya kita. Mamajek dan Kenworthy mempelajari planet ekstrasurya. Mereka mempelajari planet atau bintang baru dengan memantaunya dalam jangka waktu yang lama.
Temuan ini berawal dari pengamatan bintang J1407. Para astronom mengamati tampilan cahaya yang tidak biasa dan aktif yang berlangsung selama dua bulan.
Data tentang bintang itu dikumpulkan antara tahun 2005 hingga 2008. Di pertengahan tahun 2007 kurva cahaya menjadi aneh. Ilmuwan menemukan bintang ini mulai berkedip dan berkelap-kelip.
Astronom menemukan bintang yang berkilauan pada tahun 2007 yang menunjukkan bahwa ada sesuatu berputar di sekitar bintang. Bintang ini dikelilingi planet J1407b.
Tim menyimpulkan penjelasan yang masuk akal adalah adanya piringan besar cincinyang telah bergerak antara planet J1407b dan bintang J1407, menghalangi cahaya bintang.
Cincin dimulai pada jarak sekitar 30 juta kilometer dari planet dan membentang hingga jarak 90 juta kilometer. Cincin ini mungkin terbuat dari debu, karena planet J1407b terlalu panas. Suhunya sekitar 1.000 hingga 2.000 derajat Celcius sehingga kecil kemungkinan cincin terbuat dari es seperti yang mengorbit Saturnus.
Profesor Kenworthy mengatakan planet itu mungkin sekitar 10 sampai 40 kali massa Jupiter.
Publikasi tahun 2015 yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal, Matthew A. Kenworthy dan Eric E. Mamajek menyajikan detail baru tentang planet ekstrasurya dan cincinnya. Mereka menemukan bahwa satu revolusi planet mengelilingi bintangnya membutuhkan waktu sekitar satu dekade.
Sistem cincin yang mengelilingi J1407 mengaburkan bintang terang di tengah. J1407 menghasilkan panas dan cahaya dengan cara yang sama seperti yang dilakukan matahari untuk dunia kita. Namun, cincin berdebu yang mengelilingi J1407 menghalangi hampir 95 persen cahaya yang dipancarkannya.
Cincin raksasa J1407
Menurut Badan Antariksa Amerika (NASA), sistem J1407 terdiri dari katai coklat atau raksasa muda, tetapi para astronom belum yakin. Karena tidak memancarkan cahaya dan dapat tampak tidak terlihat, katai coklat sering disebut sebagai "bintang gagal".
Katai coklat berukuran 15 hingga 75 kali lebih besar dari planet Jupiter. Para astronom percaya bahwa sistem J1407 memiliki bintang masif yang mirip dengan matahari kita. Namun, karena orbit J1407 sulit untuk dilihat, penyelidikan lebih lanjut akan diperlukan untuk menguatkan hipotesis mereka.
Planet muda
Planet J1407b masih cukup muda, hanya berusia 16 juta tahun. Dibandingkan dengan tata surya kita sendiri, yang berusia 4,5 miliar tahun, usia planet J1407b bisa dibilang sangat muda.
Menurut penelitian dari University of Rochester, cincin akan menjadi lebih tipis selama beberapa juta tahun ke depan ketika debu dan batu bergabung untuk menghasilkan satelit. Saat mereka berputar di sekitar planet ini, batu terbang ini akan membantu menciptakan celah di antara cincin. Para ilmuwan percaya bahwa mekansime ini adalah bagaimana batuan orbit Saturnus dan Jupiter terbentuk. Namun jenis generasi satelit ini sangat tidak biasa.