Eric Clapton Positif Covid-19, Terpaksa Tunda Tur di Zurich dan Milan
Eric Clapton positif Covid-19 setelah konser kedua di Royal Albert Hall.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi blues senior asal Inggris Eric Clapton (77 tahun) dinyatakan positif Covid-19 setelah berulang kali mengkritik vaksin Covid-19. Kabar itu dikonfirmasi dalam sebuah unggahan di Facebook yang menyatakan bahwa Clapton telah dites positif Covid-19 sehingga terpaksa harus menunda turnya di Zurich dan Milan.
"Eric Clapton sayangnya menderita Covid-19 setelah dites positif tak lama setelah konser kedua di Royal Albert Hall. Dia telah diberitahu oleh penasihat medisnya bahwa jika dia melanjutkan perjalanan dan tampil terlalu cepat, itu dapat secara substansial menunda pemulihannya,” kata juru bicara Eric seperti dilansir dari People, Rabu (18/5/2022).
Selain itu, penundaan tur konser juga dilakukan untuk menghindari penularan infeksi ke anggota band, kru, promotor, staf mereka, dan tentu saja para penggemar.
"Jadi, setelah diskusi internal yang intensif, telah diputuskan dengan sangat menyesal dan permintaan maaf kepada semua pihak yang terkait untuk menunda pertunjukan di Zurich pada 17 Mei dan Milan pada 18 Mei, harapan saat ini untuk dapat melanjutkan tur dimulai dengan konser di Bologna pada 20 dan 21 Mei,” kata juru bicara.
Dalam unggahan itu, disebutkan bahwa kondisi ini membuatnya sangat frustasi. Apalagi disebutkan bahwa Clapton telah mencoba menghindari paparan virus selama lockdown dan periode pembatasan perjalanan dilakukan.
“Eric harus menyerah pada Covid saat ini. Tapi kami sangat berharap dia cukup pulih akhir pekan ini untuk melanjutkan sisa pertunjukan yang direncanakan,” kata unggahan tersebut.
Penyanyi dan gitaris Inggris itu telah menyatakan skeptis terhadap vaksin Covid-19. Pada Desember 2020, ia muncul dalam lagu yang ditulis Van Morrison berjudul "Stand and Deliver" yang menyertakan lirik yang kritis terhadap kebijakan lockdown.
Dua bulan kemudian, Clapton menerima suntikan pertama Astrazeneca dan mengaku langsung mengalami reaksi parah yang berlangsung sepuluh hari. Setelah sembut ia diminta menunggu hingga 12 pekan hingga waktu penerimaan dosis vaksin yang kedua, namun ia menolak karena trauma akan efek sampingnya.
“Tangan dan kaki saya membeku, mati rasa atau terbakar, dan hampir tidak berguna untuk dua minggu. Saya khawatir saya tidak akan pernah bermain musik lagi. Tetapi propaganda mengatakan bahwa vaksin itu aman untuk semua orang,” kata dia saat itu.
Sementara itu pada bulan Januari, saat wawancara di saluran YouTube Real Music Observer, dia mengaku menderita kerusakan saraf parah pada jari-jarinya akibat vaksin dan tidak bisa bermain gitar selama berbulan-bulan.