UAD Tingkatkan Ekonomi Masyarakat Melalui Hasil Pekarangan

Awalnya, ada 16 bis beton lele yang dibentuk melalui pengabdian masyarakat.

Dok: istimewa.
UAD melakukan pemberdayaan masyarakat guna mengoptimalkan lahan pekarangan warga melalui program bis beton lele di Ngunan-Unan, Srigading, Sanden, Kota Yogyakarta.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Muhammad Fakhruddin

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan pengabdian untuk pemberdayaan masyarakat dengan tujuan meningkatkan perekonomian. Salah satunya dengan memanfaatkan peran lahan pekarangan rumah.

Baca Juga


Seperti yang dilakukan dosen Prodi Studi Bisnis Jasa Makanan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UAD, Marsudi Endang Sri Rejeki. Endang bersama timnya telah melakukan beberapa kali pengabdian, salah satunya di Padukuhan Ngunan-unan, Srigading, Kecamatan Sanden, Kota Yogyakarta.

Endang dan timnya mencoba untuk melakukan pemberdayaan masyarakat guna mengoptimalkan lahan pekarangan. Pihaknya membentuk ketahanan pangan dan menambah sumber pendapatan rumah tangga melalui program bis beton lele.

"Kami menawarkan optimalisasi pekarangan dengan memanfaatkan lorong-lorong pedalaman warga yang belum dipergunakan, yaitu dengan memberikan bibit lele menggunakan bis beton," kata Endang dalam keterangan resmi UAD belum lama ini.

Awalnya, ada 16 bis beton lele yang dibentuk melalui pengabdian masyarakat yang dilakukan. Namun, saat ini program tersebut terus berkembang hingga telah terbentuk lebih dari 130 bis beton lele.

Marsudi menceritakan awal mula terbentuknya ide untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui program bis beton lele tersebut. Ia menyebut, awalnya hasil ternak lele masyarakat hanya dikonsumsi sendiri.

Tidak ada pengolahan hasil lele lebih lanjut yang dilakukan oleh warga dan belum dikembangkan secara luas untuk dapat dikomersialkan. Hal ini membuat Marsudi dan timnya menawarkan inovasi dengan mengolah hasil ternak lele itu menjadi berbagai produk yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

"Berinisiatif menawarkan inovasi untuk mengolah lele-lele tersebut menjadi nugget dan abon lele yang disambut antusias oleh warga," ujar Marsudi.

Pihaknya pun memberikan pelatihan pengolahan lele menjadi nugget dan abon kepada masyarakat. Dengan tujuan untuk dapat dikomersialkan, katanya, maka produk yang dihasilkan pun harus terstandarisasi.

"Tentu saja harus menghasilkan sesuatu yang terstandarisasi, sehingga setelah diberi pelatihan, mereka dengan antusias belajar lagi dan lagi," jelasnya.

Hingga saat ini, pihaknya tidak melepas warga untuk mengolah sendiri hasil ternak lelenya. Pihaknya terus melakukan pendampingan dan pemantauan agar produk yang dihasilkan dapat lebih berkembang kedepannya.

"Sampai hari ini kami terus memantau hal itu, karena kami ingin mereka benar-benar bisa lebih berkembang lagi," tambahnya.

Melihat perkembangan program bis beton lele yang semakin pesat, pihaknya juga akan mencoba untuk mengembangkan program tersebut. Dalam waktu dekat, direncanakan akan dikembangkan Lumbung Mataraman untuk program bis beton lele ini.

"(Pengambangan ini) Didukung oleh kepala dukuh. Selain itu, warga juga dibuat suatu komunitas sebagai forum komunikasi," kata Marsudi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler