Biden: Cacar Monyet tidak Sama Tingkat Kekhawatirannya dengan Covid-19
Penyakit cacar monyet tidak menyebar semudah penularan Covid-19
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Monkeypox atau cacar monyet kini juga menginfeksi Amerika Serikat (AS) setelah kelompok kasus muncul di luar negeri. Akan tetapi Presiden Joe Biden mengatakan virus langka itu tidak naik ke tingkat kekhawatiran yang sama dengan Covid-19.
Berbicara di Tokyo pada pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Kishida Fumio, Biden meyakini AS tidak perlu mengarantina penderita cacar monyet. AS juga memiliki persediaan vaksin untuk melawan virus itu.
“Saya hanya tidak berpikir itu naik ke tingkat kekhawatiran yang sama dengan Covid-19, dan vaksin cacar cukup bekerja untuk itu,” kata Biden dilansir People, Senin (23/5/2022).
Ketika ditanya apakah AS akan mengarantina pasiennya seperti di Belgia, Biden mengatakan pasokan vaksin cacar di AS efektif melawan cacar monyet. Vaksin itu bahkan bisa diberikan setelah seseorang tertular virus dan cukup untuk mengatasi kemungkinan masalah yang lebih besar. Untuk diketahui, Belgia mengharuskan siapa pun yang terinfeksi untuk diisolasi selama 21 hari setelah mereka mengonfirmasi tiga kasus cacar monyet di negara itu.
Pada Rabu pekan lalu, CDC mengonfirmasi kasus cacar monyet pertama di AS tahun ini. Pasien itu adalah seorang pria dari Massachusetts yang melakukan perjalanan dari Kanada. Para pejabat sana sedang menyelidiki 17 kasus yang dicurigai di daerah Montreal.
CDC juga sedang menyelidiki kasus potensial di Florida dan memantau enam orang yang duduk di pesawat dekat dengan salah satu kasus terkonfirmasi. Selain itu, seorang pasien di New York City telah dites positif orthopoxvirus, yang merupakan istilah umum untuk keluarga virus yang mencakup monkeypox dan smallpox.
Mereka sedang dirawat sebagai terduga positif monkeypox dan mereka menunggu pengujian lebih lanjut. Para pasien diisolasi di rumah sakit dan dalam kondisi baik.
Di seluruh dunia, total ada 92 kasus yang dikonfirmasi dan 28 kasus yang dicurigai di 12 negara. Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Swedia, dan Amerika Serikat semuanya memiliki antara satu hingga lima kasus.
Sementara Portugal, Spanyol, dan Inggris menghadapi kelompok virus yang lebih besar, dengan antara 21 hingga 30 kasus. Kasus-kasus itu semua mengejutkan karena negara-negara itu tidak memiliki endemik virus cacar monyet. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus cacar monyet sebagian besar terkonsentrasi di Kongo, yang biasanya mendapati ribuan infeksi monkeypox dalam setahun, dan Nigeria, di mana ada 200 hingga 500 kasus yang dilaporkan sejak 2017.
Monkeypox pertama kali diidentifikasi pada 1958 di koloni monyet, dalam banyak kasus ringan. Setelah masa inkubasi tujuh sampai 14 hari, tanda-tanda pertama adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan, dan kelelahan. Sekitar satu hingga tiga hari setelah gejala pertama, orang yang terinfeksi akan mengalami ruam, biasanya di wajah, yang kemudian menyebar ke bagian tubuh lain dan berubah menjadi lesi berisi cairan.
Cacar monyet dapat menyebar melalui beberapa metode, kontak langsung dengan cairan tubuh atau lepuh yang muncul di tubuh dapat menyebabkan penularan. Akan tetapi cara utama adalah melalui tetesan pernapasan. Namun, penyakit itu tidak menyebar semudah Covid-19 dan seseorang harus melakukan kontak lama dengan orang yang terinfeksi untuk tertular monkeypox.
Baca juga : Biden: Semua Orang Harus Khawatir Soal Cacar Monyet