Kementan Klarifikasi Media yang Menyebut PMK Terjadi pada 5,4 Juta Sapi Lokal

Strategi zonasi atau melokalisir kasus hanya pada kandang yang sakit, cukup efektif

ANTARA/Basri Marzuki
Pekerja memberi makan ternak sapi yang dipersiapkan untuk disembelih di Rumah Potong Hewan (RPH) Tavanjuka, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (23/5/2022). RPH tersebut memperketat pemeriksaan ternak sapi sebelum disembelih untuk memastikan tidak terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang sedang mewabah di beberapa daerah di Indonesia.
Red: Hiru Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), Nasrullah menegaskan adanya kekeliruan informasi yang beredar di Media tentang jutaan sapi terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Kesalahan terjadi akibat pembacaan tabel data populasi dan hewan sakit, menyebabkan adanya persepsi keliru ini. “Kami akan perbaiki model tabel yang dipublikasikan pada masyarakat, agar tidak ada kekeliruan interpretasi,” tegas Nasrullah di Jakarta, Rabu (25/5/2022).

Baca Juga


Secara rinci Nasrullah menyampaikan kembali data yang diterbitkan pemerintah pada saat rapat kerja Komisi IV DPR RI per 22 Mei 2022, bahwa kejadian PMK terjadi pada 16 provinsi, dengan jumlah hewan sakit 20.723 ekor (0,38 persen) dari total populasi ternak 5,4 juta ekor  di wilayah tersebut. “Pemerintah berupaya menekan angka kesakitan dan penyebarannya. Kita apresiasi langkah satgas daerah dan Polri yang sangat proaktif di lapangan,” tambahnya.

Kabar baiknya lanjut Nasrullah, perkembangan ternak sakit yang berhasil diobati sangat menggembirakan. Setidaknya 33,29 persen hingga diatas 50 persen di daerah tertentu. Strategi zonasi atau melokalisir kasus hanya pada kandang yang sakit, efektif membantu pencegahan PMK tidak meluas.“Kami terus bekerja keras membatasi penyebaran PMK dengan pembatasan lalu lintas ternak dari wilayah wabah. Khusus hewan sakit kita obati terutama yang bergejala klinis. Mohon dukungan media dan masyarakat agar PMK dapat segera teratasi,” tutur Nasrullah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler