Ciri-Ciri Overparenting, Apakah Anda Termasuk?

Overparenting terjadi saat orang tua terlalu banyak terlibat dalam kehidupan anaknya.

www.freepik.com
Ciri-ciri overparenting. (ilustrasi)
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memaknai rasa sayang terhadap anak terkadang tanpa disadari membuat orang tua melakukan banyak pengawasan dan pembatasan akan hal-hal yang ingin dicoba oleh anak. Bagi anak usia dini, tentu mengawasi dan melarang sesuatu dapat menurunkan kepercayaan dirinya untuk mengamati dan mengeksplorasi hal-hal di sekitarnya. 

Baca Juga


Menurut pendidik di Rumah Main Cikal Bandung, Naura Thifaldhia Chrissandi atau yang akrab disapa Tante Naura, secara tidak sadar pembatasan dan pengawasan yang berlebihan, hingga menyisipkan berbagai larangan dari orang tua ternyata merupakan tanda-tanda overparenting. Simak penjelasannya untuk memahami lebih lengkap:

Pengertian overparenting dalam keseharian 

Overparenting, menurut Naura, terjadi ketika orang tua terlalu banyak terlibat dalam kehidupan anaknya. Karakter orang tua dalam overparenting juga cenderung tidak memberikan ruang yang cukup dan semestinya bagi anak dimulai dari usia dini hingga remaja untuk melakukan eksplorasi dan mencoba hal-hal yang memantik rasa ingin tahunya. 

“Orang tua yang overparenting cenderung kurang memberikan ruang bagi anak untuk mencoba berbagai hal secara mandiri dan cenderung melindungi anaknya dari segala ketidaknyamanan,” kata Naura, beberapa waktu lalu.

Kecenderungan orang tua yang menjadi overparenting dapat dilihat dari berbagai alasan, antara lain dari keinginan memberikan yang terbaik bagi anak, pengalaman masa lalu yang menjadi cerminan masa kini kala menjadi orang tua, telah lama menunggu kehadiran anak selama bertahun-tahun, dan lain sebagainya. 

Dia menyebut, orang tua dapat menjadi overparenting karena mereka menginginkan yang terbaik bagi anaknya dan tidak ingin anaknya terluka atau merasa sakit. "Hanya saja, terkadang orang tua lupa bahwa anak juga membutuhkan trial and error serta eksplorasi secara mandiri untuk berkembang. Orang tua boleh menjaga dan mengarahkan anak, namun apabila berlebihan tentu tidak baik bagi anak," jelasnya.

Ciri-ciri overparenting yang harus dikenali 

Naura menyebutkan, terdapat lima ciri yang patut dikenali dengan baik oleh para orang tua mengenai overparenting, antara lain:

1. Pengawasan anak berlebihan 

Dalam ciri pertama, orang tua yang mulai memasuki zona overparenting akan terus-menerus mengawasi anak agar anak tidak terluka atau merasakan ketidaknyamanan. “Hal ini dikarenakan orang tua merasa cemas yang berkelanjutan dan merasa tidak tenang apabila anak diharuskan untuk melakukan sesuatu secara mandiri,” kata pendidik yang merupakan program leader Rumah Main Cikal Bandung tingkat kakak-kakak bagi anak usia dini usia 2-3 tahun itu.

2. Pengambilan keputusan dilakukan sepihak oleh orang tua

Dalam hal ini, orang tua sering kali berupaya memastikan anak tidak mengambil keputusan yang salah dengan cara mengambil keputusan untuk anak secara sepihak. Di kondisi ini, orang tua akan memiliki asumsi, tahu segalanya, dan tahu pilihan terbaik bagi anak. 

“Orang tua cenderung berasumsi bahwa dirinya mengetahui pilihan apa yang terbaik bagi anak, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi anak untuk melakukan eksplorasi dan/atau mengambil keputusan secara mandiri,” ujarnya. 

3. Terlalu mengatur anak

Memiliki kekhawatiran akan pemetaan minat bakat yang kurang sesuai tentu hadir dalam diri orang tua, namun, sayangnya, kekhawatiran itu menjadi permulaan akan keinginan orang tua terlibat dan mengatur keseluruhan aktivitas serta pengembangan diri anak. 

“Dalam poin ketiga ini, kecenderungan orang tua yang overprotective dan overparenting akan terlalu mengatur anak atau dengan kata lain mengatur apa yang harus disukai atau tidak disukai oleh anak," ujarnya. 

Mengatur anak untuk mengikuti taekwondo demi mengikuti jejak Ayah, berlatih piano untuk menyamakan dengan anak lain menjadi beberapa contoh kejadian yang tentunya akan berakibat bagi ketidaknyamanan dan tekanan dalam tumbuh kembang dan kesehatan mental anak. 

4. Ketakutan anak mengalami kegagalan

Memahami bahwa dalam hidup ada berbagai fase yang berjalan, termasuk bagi anak adalah hal yang seharusnya dimiliki oleh orang tua. Namun, sayangnya orang tua dengan karakter overprotective dan cenderung melakukan overparenting akan selalu merasakan ketakutan akan perjalanan anaknya sendiri. 

“Orang tua dalam kondisi ini akan selalu merasa takut dan cemas apabila anak mengalami kegagalan sehingga orang tua terlalu cepat membantu anak ketika anak mengalami kegagalan,” ujarnya.

5. Mengatur cara orang lain memperlakukan anak

Poin kelima yang menjadi ciri dari overparenting adalah terlalu mengatur bagaimana orang lain memperlakukan anak. Poin ini tentu berkaitan dengan poin lainnya, di mana kekhawatiran orang tua menjadi pemicu yang berlebihan akan setiap fase kehidupan anak. Terlalu banyak mengatur pun akan memantik banyak perdebatan di interaksi sosial umum, baik di antara guru, tetangga atau bahkan teman dari anak.

Setelah melihat dan memahami pengertian, tentu hal yang perlu diperhatikan adalah kemungkinan memiliki tendensi tersebut. Memahami bahwa keinginan orang tua selalu ingin memberikan terbaik bagi anak karena anak sangat berharga akan dapat memicu tanda-tanda overparenting tersebut. 

Di sinilah peran orang tua dapat mengelola langkahnya, dan memberikan kepercayaan melalui kesepakatan bersama misalnya, atau memberikan ruang bagi anak untuk tetap bertumbuh dengan pengawasan yang sesuai dan tidak berlebihan agar anak tumbuh seutuhnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler