Respons Pernikahan Remaja Wajo, BKKBN Ingatkan Bahaya Melahirkan Sebelum Usia 20 Tahun

Pernikahan di usia remaja masih terjadi di Wajo dan beberapa daerah lain.

Pixabay
Ilustrasi pernikahan dini. Pernikahan pada anak usia di bawah 18 tahun masih terjadi di Wajo, Sulawesi Selatan dan daerah lainnya.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengingatkan bahaya pernikahan usia dini. Pernyataan BKKBN ini disampaikan menyikapi masih terjadinya pernikahan di usia remaja saat ini, seperti yang terjadi di Wajo, Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya.

Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo mengatakan, pernikahan harus disiapkan secara baik dan pada usia yang cukup. Hasto menjelaskan, bagi perempuan yang berusia remaja, organ reproduksinya belum cukup matang untuk mendukung pertumbuhan janin yang optimal.

Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan menentukan masa depan anak-anak. Itu dimulai sejak hari pertama kehamilan sampai dengan anak berusia dua tahun.

Baca Juga



"Seribu hari pertama kehidupan merupakan periode emas yang tidak dapat diulang kembali," jelas Hasto, dikutip dari siaran pers, Rabu (1/6/2022).

Karena itu, asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama kehidupan sangat menentukan bayi yang dilahirkan mengalami stunting atau tidak. Di samping itu, perempuan yang berusia 16-17 tahun memiliki panggul dengan ukuran kurang dari 10 cm sehingga berpengaruh buruk, baik bagi ibu maupun bayinya, saat proses melahirkan.

"Kepala bayi yang dilahirkan rata-rata berdiameter 10 cm. Kalau perempuan punya ukuran panggul kurang dari 10 cm maka ini sangat berbahaya," jelas Hasto yang juga dokter spesialis kandungan ini.

Proses persalinan alami dapat terganggu karena panggul perempuan yang belum cukup usia masih sangat sempit sehingga dapat mengancam jiwa ibu dan bayi yang dilahirkan. Melahirkan bagi remaja perempuan juga mengakibatkan mulut rahim (serviks) dan jalan lahir (perineum dan vagina) mengalami robek sehingga terjadi pendarahan.

Melahirkan pada perempuan usia remaja berpotensi menimbulkan kanker serviks. Penyakit preeklamsia atau peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba yang bisa mengakibatkan komplikasi serius, kaki bengkak, dan kejang saat persalinan juga banyak dialami perempuan melahirkan saat usianya di bawah 20 tahun.

"Risiko kematian ibu dan bayi pun meningkat," kata dia.

Kehamilan pada remaja perempuan menyebabkan proses pertumbuhan tulang terhenti. Proses terhentinya pertumbuhan tulang ini mempercepat osteoporosis. Akibat lain dari osteoporosis adalah tulang menjadi mudah patah dan punggung bungkuk.

"Padahal ini umumnya terjadi bagi perempuan yang memasuki menoupause, usia 45 sampai 55 tahun," jelas Hasto.

Lebih jauh, Hasto menyebutkan data pernikahan dini, yakni pernikahan pada usia di bawah 18 tahun, terjadi sebanyak 20 dari 1.000 pernikahan. Data tahun 2021 menyebutkan setiap 1.000 pernikahan, ada 20 yang menikah dini.

Hasto pun menilai sangat penting memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada masyarakat secara lebih baik dan lebih terbuka.
Dia juga menegaskan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi bukanlah pembelajaran hubungan seks.

"Pendidikan kesehatan reproduksi ini adalah pembelajaran tentang seks, bukan pembelajaran hubungan seks," jelas Hasto.

Hasto menjelaskan, pelajaran tentang kesehatan reproduksi atau pembelajaran tentang seks sangatlah penting untuk mencegah terjadinya pernikahan dini. Pengetahuan tersebut juga dapat mencegah risiko lahirnya bayi stunting.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler