Mungkinkah Menduetkan Ganjar dan Anies di Pilpres 2024?

Wacana duet Ganjar dan Anies mencuat jelang Rakernas Nasdem.

Infografis Republika.co.id
Ilustrasi pilpres 2024
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Amri Amrullah, Febrianto Adi Saputro

Baca Juga


Belakangan muncul wacana menduetkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk Pilpres 2024. Wacana itu dilontarkan Ketua Umum Projo (Pro Jokowi) Budi Aries Setiadi, di mana mereka kini menjadi relawan pendukung Ganjar dan disusul isu usulan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh jelang rakernas.

Menurut pengamat politik dan pendiri Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti, wacana menduetkan Ganjar dan Anies menarik untuk dianalisis. Setidaknya pertama, akan ada pertimbangan memasangkan keduanya.

Tidak sekadar karena alasan elektabilitas, keduanya merupakan bagian dari tokoh yang tertinggi, juga sebagai upaya memadamkan polirisasi politik. Yakni, polarisasi akibat residu politik identitas dari Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu dan pilpres sebelumnya.

Dengan memasangkan keduanya, pembelahan politik akan dapat diminimalisir dan politik identitas akan dapat ditekan. Kedua, lanjut Ray, Partai Nasdem, nampaknya, telah menetapkan pilihan capres sebelum rakernas dilaksanakan pada pertengahan Juni 2022 ini.

Di mana Nasdem sebelumnya akan melaksanakan konvensi penjaringan capres 2024, tapi dibatalkan dengan menggantinya melalui mekanisme rakernas.

"Tentu saja, langkah ini lebih jauh melompat dari janji yang pernah mereka ungkapkan kepada publik," imbuhnya.

Selain itu, jelas Ray, pernyataan Budi tersebut, lagi-lagi perlu untuk memastikan kesahihannya, dengan sendirinya telah melampaui rakernas yang dimaksud.

"Tentu saja, kita perlu mendengar kesahihan info tersebut dari Nasdem. Apakah memang sudah menetapkan Anies sebagai capres mereka atau belum," terang Ray.

Penjelasan Nasdem ini penting sebagai bagian dari pertanggungjawaban publik atas info sebelumnya. Di mana Nasdem menyatakan akan melangsungkan konvensi penjaringan capres 2024.

Kemudian informasi ini juga makin menguatkan asumsi yang memang sudah beredar luas bahwa Jokowi menjagokan Ganjar sebagai capres 2024. Tentu, situasi ini akan menambah ketegangan antara PDIP dengan Ganjar plus Jokowi sendiri.

"Dan dengan sendirinya akan dapat berimplikasi pada hubungan koalisi PDIP dengan Pemerintahan Jokowi. Nasib koalisi di masa yang akan datang makin samar, ditambah dengan makin lengketnya Pak Jokowi dengan LB (Luhut Binsar Panjaitan)," ucapnya.

Di sisi lain, papar Ray, LBP sendiri adalah salah satu anggota kabinet yang paling banyak dikritik oleh PDIP, khususnya terkait dengan ide tiga priode masa jabatan presiden. Namun sekalipun prediksi ini masuk akal, tapi menurut dia, usulan ini sendiri belum tentu cesplang.

"Mengapa? Karena kesulitan, keduanya adalah wakil non partai. Ganjar, sekalipun merupakan anggota PDIP, tetapi makin jamak terlihat berbagai kritik elite PDIP terhadapnya," tegas dia.

Sementara, Anies bukanlah anggota partai manapun. Sekalipun memasangkan dua tokoh non partai bukanlah sesuatu yang baru dalam fakta politik Indonesia, terbaru seperti Jokowi-Ma'ruf Amin.

Namun, Ray melanjutkan, dengan kondisi dan peta politik sekarang, wacana menduetkan Ganjar dan Anies masih sulit untuk direalisasikan. Apakah misalnya PKS akan ikut serta mendukung, pun juga Koalisi Indonesia Bersatu juga akan terlibat di dalamnya? Oleh karena itu, ide ini masih panjang dan berliku serta penuh tantangan.

Yang pasti, kata Ray, politik di Indonesia memang lentur dan tanpa garis sama sekali. Yang berseteru dengan mudah dapat dalam satu barisan. Sebaliknya yang satu barisan dapat bersiteru. Semua atas dasar kalkulasi menang atau kalah.

"Di satu segi, situasi ini ada positifnya yakni memungkinkan menghapuskan praktek politik identitas. Tapi, tentu, mudharatnya malah lebih banyak dan panjang," imbuhnya.

Adapun, pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan, Ganjar dan Anies kurang pas untuk dipasangkan. Alasannya, kubu pendukung keduanya memiliki latar belakang berbeda.

 

"Baik Anies maupun Ganjar sama-sama memiliki elektabilitas yang tinggi. Secara matematis, mereka bila dipasangkan akan memperoleh elektabilitas tinggi. Namun, pendekatan matematis itu tampaknya tidak berlaku dalam politik, khususnya terkait elektabilitas," katanya pada Kamis (2/6/2022).

 

Menurut Jamiluddin, dua tokoh dengan elektabilitas tinggi jika dipasangkan justru akan bisa menurun. Hal itu dapat terjadi karena pendukung masing-masing calon bisa saling meniadakan. 

 

Pendukung Anies bisa saja menarik dukungannya jika berpasangan dengan Ganjar. Begitu juga sebaliknya. Penyebabnya, pendukung Anies dan Ganjar seperti minyak dan air. Kedua pendukung kerap saling meniadakan.

"Karena itu, bila sosok itu disatukan, elektabilitasnya bukan bertambah. Elektabilitasnya mereka bila dipasangkan bisa saja menjadi berkurang," kata dia.

 

"Mereka lebih baik saling bertarung dengan memilih cawapres yang saling mengisi sehingga elektabilitas bertambah," kata Jamiluddin menambahkan.


Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh, pada Kamis (2/6/2022), menjawab terkait kemungkinan Partai Nasdem mengusung Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang. Surya menegaskan sampai saat ini partainya belum memutuskan satu nama siapa yang akan diusung di Pilpres.

"Kalau untuk satu kan belum, karena nama Anies dinominasikan saya pikir semua kita barangkali bisa memahami itu. Karena memang itu yang cukup populer sekarang ini," kata Surya di Nasdem Tower, Menteng, Jakarta.

Surya menyebut selain nama Anies ada nama lain yang juga berpeluang untuk didukung Nasdem di Pilpres 2024 mendatang seperti Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Kendati demikian ia menyerahkan proses penjaringan aspirasi nama capres di Rakernas Nasdem yang akan digelar Juni ini.

"Kasih kesempatan kepada kawan-kawan di daerah, di DPW DPW Nasdem. Biar mereka berwacana mencari aspirasi pandangan, pikiran, dari berbagai elemen dan komponen masyarakat yang ada di wilayahnya nanti dia bawa ke rakernas," ujarnya. 

Sebelummya, Surya Paloh diam-diam temui Presiden Jokowi. Dalam pertemuan tersebut dirinya disebut-sebut mengusulkan Anies Baswedan-Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.

Namun saat dikonfirmasi, ia membantah hal tersebut. "Ya bertemu dengan bapak presiden benar. Tapi kan tidak spesifik membicarakan hal itu. Banyak hal-hal lain seperti apa yang tadi kita diskusikan juga dengan Mas Prabowo," kata Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem, Menteng, Jakarta, Rabu (1/6/2022).

Dua putaran

Lembaga survei Indo Riset berdasarkan hasil survei terbarunya memperkirakan Pilpres 2024 akan berlangsung dua putaran. "Survei Indo Riset menemukan ada kemungkinan pemilu presiden akan berlangsung dua putaran," kata peneliti Indo Riset, Roki Arbi dalam paparannya secara daring, Kamis (19/5/2022).

Roki mengatakan, potensi dua putaran tersebut terjadi karena dua hal. Pertama belum ada kandidat yang dominan dan kuat. Kedua masih ketatnya pertarungan antarcalon. 

Potensi dua putaran juga terjadi karena faktor cawapres yang dinilai dapat mempengaruhi preferensi pemilih, serta pengaruh komposisi pasangan dalam pilpres.

"Tiga nama diprediksi akan bertarung ketat, Prabowo, Ganjar, dan Anies. Cukup sulit bagi calon lain untuk bisa bertarung dalam kontestasi pilpres, karena tingginya gap elektoral antara tiga kandidat tersebut dengan calon lain," ujarnya.

Berdasarkan temuan Indo Riset, diketahui tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo sebesar 33,3 persen, dan Anies Baswedan sebesar 28,2 persen. Di peringkat ketiga Prabowo Subianto dengan elektabilitas 32,4 persen. 

"Dalam simulasi tiga nama, terutama bila diikuti Ganjar, Prabowo, dan Anies situasi semakin kompetitif dan susah diprediksi siapa yang akan menang," ucapnya.

Untuk diketahui Survei Indo Riset digelar pada April 2022. Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling

Jumlah sampel dalam survei ini sebesar 1. 100 sampel. Sedangkan data yang valid untuk dianalisa sebesar 1.096. Margin of error survei ini sebesar 2,96 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

integritas anggota parpol - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler