Obesitas dan Terlalu Kurus Bisa Tingkatkan Risiko Terkena Demensia
Obesitas dan tubuh kurus tingkatkan risiko demensia di usia paruh baya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua kondisi yang terjadi di usia paruh baya bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap kesehatan kognitif di kemudian hari. Kedua kondisi tersebut adalah obesitas atau kurus.
Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Neurology, memiliki tubuh obesitas atau gemuk di usia paruh baya dapat meningkatkan risiko terjadinya demensia di usia lanjut. Studi ini menggunakan bank data dari 8.534 individu kembar yang berusia di atas 65 tahun di Swedia.
"Kegemukan dan obesitas di usia paruh bahwa meningkatkan risiko semua jenis demensia, AD (penyakit Alzheimer), dan VaD (demensia vaskular)," jelas tim peneliti, seperti dilansir BestLife, Jumat (10/6/2022).
Dalam studi ini, tim peneliti menemukan bahwa lebih dari 70 persen pasien yang mengalami demensia atau AD di usia lanjut memiliki tubuh yang gemuk saat berusia paruh baya. Ada lebih banyak pasien AD dan VaD lansia yang memiliki tubuh obesitas saat berusia paruh baya.
"Bukti yang semakin banyak mengindikasikan bahwa adipositas yang tinggi berkaitan dengan penurunan kognitif dan demensia," jelas tim peneliti.
Studi berbeda dalam Obesity Reviews Journal juga menyoroti hubungan antara berat badan dengan risiko demensia. Namun, berat badan yang disoroti dalam studi ini adalah berat badan kurang atau kurus.
Menurut studi ini, orang-orang dengan berat badan kurang memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami demensia di usia lanjut. Berdasarkan temuan ini, tim peneliti menilai bahwa berat badan di luar indeks massa tubuh (IMT) normal dapat menjadi faktor risiko independen untuk penurunan kognitif.
Dalam studi yang melibatkan individu kembar sebagai partisipan, tim peneliti menemukan ada beberapa alasan yang mungkin menghubungkan berat badan dengan risiko demensia. Sebagian dari alasan tersebut adalah diabetes dan penyakit vaskular.
Seperti diketahui, IMT yang tinggi berkaitan dengan risiko diabetes dan penyakit vaskular yang lebih besar. Kedua penyakit ini juga dapat meningkatkan risiko demensia.
Kemungkinan lainnya adalah berkaitan dengan inflamasi. Semakin berat bobot tubuh seseorang di usia paruh baya, maka semakin besar paparan mereka terhadap kondisi inflamasi dan perubahan metabolik. Terlebih, jaringan tisu melepaskan sitokin inflamasi dan hormon pertumbuhan yang dinilai bisa mempengaruhi penurunan kognitif.
Berdasarkan temuan-temuan ini, risiko demensia dapat ditekan dengan cara menjaga berat badan dalam tingkat IMT normal. Bila IMT di luar tingkat yang normal, coba untuk melakukan perubahan gaya hidup ke arah yang lebih baik agar IMT bisa kembali ke tingkat normal.