Tawarkan Metode Baru Kontrasepsi, BKKBN Gelar Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor
BKKBN menawarkan metode baru kontrasepsi yang mudah bagi kaum ibu pascapersalinan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menawarkan metode baru kontrasepsi yang mudah bagi kaum ibu pascapersalinan. Metode baru ini juga menjadi solusi jangka panjang bagi pasangan usia subur (PUS) yang belum terlayani selama pandemi Covid-19.
Melalui Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor, BKKBN terus meningkatkan akses pelayanan KB yang berkualitas bagi pasangan usia subur. Pengendalian angka kelahiran dalam satu keluarga akan berdampak kepada penurunan prevalensi stunting.
“Sejak tahun 2020, BKKBN telah menambah pilihan alat kontrasepsi yakni implan satu batang dan suntik progestin satu cc serta suntik kombinasi estrogen dan progesteron satu cc. Sebelumnya untuk suntik adalah tiga cc. Tentu dengan adanya pilihan baru suntik dan implan ini akan lebih memudahkan masyarakat dalam keikutsertaan program Keluarga Berencana,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat membuka Webinar Peran Faskes dalam Mendukung Keberhasilan Program KB Pascapersalinan yang diadakan Kementerian Kesehatan, BKKBN dan KlikKB, Jumat (11/6/2022).
Hasto optimistis metode baru ini akan diminati masyarakat karena penggunaan kontrasepsi metode suntik cukup dominan. “Pergeseran penggunaan dari suntik menjadi implan merupakan hal yang mudah karena tubuh akseptor (peserta KB) bisa menyesuaikan serta tidak sulit menerima implan karena memiliki kandungan yang sama,” jelas Hasto.
Penggunaan progestin, suntik, maupun pil (dikenal sebagai pil mini) tidak mengganggu produksi air susu ibu (ASI) dan dapat digunakan pada ibu menyusui sehingga akan mendukung program ASI ekslusif. Hasto mengharapkan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti Implan dan IUD (Intrauterine Device) juga dikenal sebagai AKDR (Alat Kontrasepsi dalam Rahim) atau orang lazim menyebut spiral bisa lebih menjadi pilihan masyarakat.
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, tren penggunaan alat kontrasepsi atau cara KB didominasi oleh KB suntik (32%) disusul pil (14%), IUD (4%), dan Implan (3%). Hasto juga menyampaikan angka unmet need (kebutuhan KB yang belum terpenuhi) selama pandemi Covid-19 jumlahnya meningkat. Apalagi, SDKI 2017 menyebutkan angka unmet need bagi Pasangan Usia Subur yang tidak ikut KB karena berbagai alasan jumlahnya cukup banyak yakni mencapai 10,6% dari total PUS.
Guna menjaring akseptor dan juga memberikan pelayanan yang baik, BKKBN akan melaksanakan pelayanan KB serentak di seluruh Indonesia pada Rabu (15/6/2022). Gelaran yang diberi nama Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor ini akan dilaksanakan satu hari penuh mulai pukul 00.00 sampai pukul 23.59 waktu setempat.
Pelayanan KB diadakan tidak hanya di rumah sakit, puskesmas, klinik, klinik dokter, dan tempat praktik mandiri bidan. Namun agenda itu juga dilaksanakan dengan pelayanan bergerak dan kunjungan ke rumah-rumah. Metode pelayanan KB yang diadakan meliputi pelayanan KB ulangan, pelayanan ganti cara (metode), pelayanan KB pascapersalinan, serta pelayanan KB baru selain KB pascapersalinan.
Lebih jauh Hasto menyebut kekurangan gizi pada anak (stunting) terkait erat dengan jarak kehamilan dan kelahiran. “Terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak, serta terlalu tua atau muda usia ibu melahirkan menjadi faktor tingginya angka kematian ibu dan bayi tentunya juga menjadi faktor terjadinya stunting,” kata Hasto.
Karena itu Hasto berharap antusiasme masyarakat menjadi akseptor KB guna merencanakan kehamilan dan kelahiran dan mewujudkan keluarga yang berkualitas.