Kisah Fauzan Mengayuh Sepeda Sejauh 5.000 Km demi Ibadah Haji
Fauzan merupakan pemegang gelar master dan fasih berbahasa Arab.
REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Bagi Muhammad Fauzan, perjalanan spiritual haji seumur hidup adalah perjalanan yang sulit. Sepeda miliknya ia kayuh selama hampir 5.000 kilometer, dalam perjalanannya dari Indonesia ke Arab Saudi yang memakan waktu lebih dari 7,5 bulan.
Pemuda Indonesia itu berangkat dari Magelang, Jawa Tengah pada 4 November 2021 dan menunaikan umroh setelah tiba di Makkah pekan lalu. Dia akan bergabung dengan jamaah haji lainnya dari Indonesia, yang mengirimkan peziarah terbesar sebanyak 100.051 orang.
“Niat saya adalah melakukan haji dan mengunjungi Tiga Masjid Suci dalam Islam, Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, dan Masjid Aqsa di Yerusalem. Setelah menunaikan haji, saya berencana melanjutkan perjalanan dengan sepeda ke Palestina untuk mengunjungi Masjidil Aqsa dan juga mengunjungi negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) lainnya,” katanya, dikutip di Saudi Gazette, Senin (13/6/2022).
Dalam wawancaranya, Fauzan mengatakan ziarah dengan sepedanya adalah contoh terbaik bagaimana Tuhan Yang Maha Esa membuat hal-hal yang orang biasa anggap mustahil menjadi mungkin.
Ia menyebut, hampir semua orang yang ditemui mengatakan tidak mungkin ia menyelesaikan misi sulit tersebut. Tapi, ia berhasil menunjukkan Allah SWT membuka jalan dan memungkinkan rencananya.
"Pesan saya juga, segala sesuatu yang mungkin kita pikir tidak mungkin bisa terjadi jika memiliki niat baik dan doa yang sungguh-sungguh kepada Tuhan ditambah dengan kerja keras yang tak kenal lelah untuk mencapai tujuan,” ujar dia.
Fauzan merupakan pemegang gelar master dan fasih berbahasa Arab. Ia mengatakan pernah berpikir jika ini adalah cara terbaik untuk menunaikan haji tanpa menunggu bertahun-tahun.
Umat Muslim Indonesia saat ini harus menunggu sekitar 40 tahun untuk mendapat giliran menunaikan haji setelah melakukan registrasi. Tapi, dirinya merasa sudah tidak sabar untuk mengunjungi tempat-tempat suci Islam dan menunaikan ibadah haji sehingga memulai persiapan dengan menabung dari gaji sebagai guru.
Pria tersebut berprofesi sebagai guru agama dan penghafal Alquran setelah memperoleh gelar sarjana bahasa Arab dan studi Islam dari Universitas Makassar di Sulawisi Selatan. Ia menyebut niat utama yang ia miliki adalah menunaikan haji dan mendoakan orang tua yang masih hidup serta keluarga dan kerabat. Fauzan sendiri memiliki istri, satu anak laki-laki, dan satu anak perempuan, yang lahir setelah ia memulai perjalanannya.
Berbicara tentang pengalaman selama perjalanannya, ia berangkat dari kampung halaman setelah menghadiri upacara wisuda memperoleh gelar master dari Universitas Islam Malang. Perjalanan dimulai dengan menabung sebesar Rp 10 juta. Ia juga mendapat tambahan uang untuk menutupi biaya perjalanannya dengan menjual jamu tradisional yang dibawanya dari Indonesia, selain melakukan usaha bekam di masjid-masjid sepanjang perjalanannya dari Magelang.
“Tujuan pertama saya adalah Jakarta, yang jaraknya hampir 500 Km dari tempat asal. Saya perjalanan dari Jakarta ke Banda, dari sana saya naik feri ke Pulau Sumatra. Setelah melewati provinsi Jambi, saya sampai di Pulau Batang lalu naik feri untuk sampai ke Singapura," lanjut dia.
Meski merasa lelah selama perjalanan, Fauzan tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan dan berbuka puasa di masjid-masjid di sepanjang rutenya di Singapura dan Malaysia. Ia bahkan sempat mengikuti perayaan Idul Fitri di Malaysia.
Fauzan lantas mengenang sambutan hangat yang diberikan kepadanya di Kedutaan Besar Indonesia di Singapura dan Malaysia. Saat mengikuti kegiatan di Kuala Lumpur, Dubes RI untuk Malaysia Hermono disebut ikut bersepeda untuk menyampaikan solidaritasnya dengan misi tersebut.
Perjalanannya sebagian besar melalui hutan dan bertemu langsung dengan beberapa hewan, terutama monyet. Ia tidak melengkapi diri dengan peralatan yang bisa melindungi, namun ia berkeyakinan menyelesaikan misinya.
Selama perjalanan tersebut, ia kerap bertemu dengan cuaca dan iklim yang agak keras, bahkan terkena hujan di beberapa daerah. Ia pun memilih beristirahat dan tidur lebih banyak di siang hari setelah mendirikan tenda di pinggir jalan.
Perjalanan yang ia lakukan sebagian besar terjadi pada malam hari. Dia menyiapkan teh dan makanan ringan di tenda dan biasa membeli makan siang dari restoran.
Fauzan berharap mendapatkan izin untuk menunaikan haji dalam waktu dekat. Misi Haji Indonesia di Jeddah telah memulai prosedur yang diperlukan terkait hal tersebut. Pria berusia 28 tahun itu mengatakan akan segera bersepeda ke Madinah untuk mengunjungi Masjid Nabawi.
Mengacu pada rencananya setelah melaksanakan ibadah haji, Fauzan mengatakan prioritasnya adalah mengunjungi Masjidil Aqsa, tempat suci ketiga umat Islam. Ia juga berencana mengunjungi negara-negara GCC selain Palestina sebelum terbang kembali ke Jakarta.
Terakhir, Fauzan menceritakan kesulitan yang ia temui untuk mendapatkan izin perjalanan ke Myanmar setelah bersepeda melalui jalur panjang melalui Thailand. “Semua upaya saya mendapatkan visa ke Myanmar sia-sia dan karenanya, saya terpaksa menghentikan perjalanan bersepeda di Thailand setelah melintasi hampir 4.000 Km dengan sepeda dan karenanya terbang dari Bangkok ke Riyadh pada 26 Mei," ucapnya.
Setibanya di Riyadh, ia diterima oleh Dubes RI Abdul Aziz Ahmad dan Wakil Kepala Misi dan Kuasa Usaha Arief Hidayat. Butuh waktu satu minggu untuk mencapai Makkah dari Riyadh, bersepeda hampir 900 Km dan dari sana bersepeda ke Jeddah dan mengunjungi KJRI dimana ia disambut oleh KJRI Eko Hartono dan pejabat KJRI lainnya.