Tak Ada Istilah 'Terlalu Muda' untuk Kena Strok, Kenali Pemicunya
Jenis strok yang dialami kelompok usia muda cenderung berbeda dengan pasien usia tua.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar orang-orang berusia muda mungkin merasa serangan strok tak mungkin mengenai mereka. Padahal, tak ada istilah "terlalu muda" untuk mengalami serangan strok.
Pada pertengahan lalu, misalnya, model Hailey Bieber yang masih berusia 25 tahun sampai dirawat di rumah sakit karena mengalami gejala serangan strok. Serangan strok ini terjadi ketika dia sedang menyantap sarapan bersama suaminya, penyanyi Justin Bieber.
"Mereka mendapati bahwa saya memiliki gumpalan darah yang sangat kecil di otak saya, yang menyebabkan kekurangan (pasokan) oksigen," jelas putri dari aktor Stephen Baldwin tersebut, seperti dilansir Everyday Health, dikutip Senin (13/6/2022).
Secara umum, para ahli menganggap usia di bawah 45 tahun sebagai usia yang muda untuk terkena strok. Menurut studi pada jurnal Stroke edisi Februari 2020, sekitar 10-15 persen strok terjadi pada kelompok usia 18-50 tahun.
Jenis strok yang dialami oleh kelompok usia muda cenderung berbeda dengan jenis strok yang dialami oleh pasien berusia tua. Pada kelompok usia muda, strok kerap dipicu oleh masalah jantung tertentu.
"(Hal ini) jarang menjadi penyebab (terjadinya strok) seiring menuanya usia kita," jelas ahli neurologi dan direktur medis dari Comprehensive Stroke Center di Cleveland Clinic, Andrew Russman DO.
Russman mengungkapkan bahwa ada tiga masalah jantung yang dapat memicu strok pada kelompok usia muda. Salah satu di antaranya adalah patent foramen ovale, yaitu suatu kondisi di mana terdapat lubang-lubang kecil di dua atrium jantung. Kondisi ini bisa terlihat sejak seseorang dilahirkan, namun jarang diskrining sehingga banyak penderita yang tak sadar mengidap kondisi ini.
Masalah jantung lain yang dapat memicu strok pada usia muda adalah diseksi arteri. Persentase strok pada individu berusia di bawah 45 tahun yang dipicu oleh diseksi pembuluh darah di leher bisa mencapai 25 persen.
"Lapisan permukaan yang tipis (pada pembuluh darah) bisa robek, dan kemudian darah bisa masuk ke dinding pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penyempitan di pembuluh darah dan bisa memicu strok," ujar Russman.
Masalah jantung yang juga bisa memicu strok di usia muda adalah gangguan pembekuan darah. Salah satu masalah gangguan pembekuan darah yang bisa memicu strok adalah penyakit sel sabit.
Di samping ketiga masalah jantung, ada beberapa faktor lain yang juga dapat menyebabkan strok pada kelompok usia muda. Sebagian di antaranya adalah penyalahgunaan obat terlarang dan konsumsi alkohol berlebih.
Peningkatan kasus strok pada kelompok usia di bawah 45 tahun juga turut didorong oleh masalah obesitas. Menurut Russman, obesitas di masa kecil dan remaja dapat meningkatkan risiko anak untuk mengalami strok di kemudian hari.
"Obesitas meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Semua ini merupakan faktor risiko strok yang penting pada semua usia," jelas Russman.
Cara mencegah
Membiasakan konsumsi makanan yang sehat, segar, dan minim olahan, serta menghindari minuman bergula diketahui berkaitan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah. Namun, menurut Russman, perubahan pola makan yang paling berpengaruh besar adalah membatasi asupan garam.
Dengan menjamurnya makanan cepat saji dan makanan olahan, anak bisa dengan mudah mengonsumsi garam secara berlebih. Di Amerika Serikat, misalnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan bahwa sebanyak 90 persen anak di negara tersebut mengonsumsi terlalu banyak garam.
Menurut CDC, batasan asupan garam harian adalah 2.300 mg. Akan tetapi, 90 persen anak di Amerika Serikat rata-rata mengonsumsi 1.000 mg garam lebih banyak dari batasan tersebut setiap harinya.
Kebiasaan merokok juga memiliki kaitan yang kuat dengan kasus strok iskemik pada pria berusia di bawah 50 tahun. Mengurangi jumlah rokok, dan akan lebih baik bila berhenti merokok, bisa membantu menurunkan risiko strok di usia muda.