Festival Bisht Al-Ahsa Suguhkan Warisan dan Budaya Arab Saudi
IHRAM.CO.ID,RIYADH -- Festival Hasawi Bisht yang digelar di Souq Al-Arbi'a, Al-Ahsa, resmi berakhir Selasa (21/6/2022) nanti. Bisht adalah jubah pria tradisional yang populer di negara-negara Arab, dikenakan di atas thobe.
Selama seminggu, kegiatan ini menampilkan berbagai acara yang mencerminkan warisan sejarah dan budaya rajutan tangan di Al-Ahsa, khususnya dalam produksi bisht.
Dalam peresmuannya pekan lalu, Gubernur Provinsi Timur Pangeran Saud bin Naif mengenakan bisht cokelat muda. Ia hadir didampingi Gubernur Al-Ahsa Pangeran Saud bin Talal bin Badr, serta Menteri Urusan Kota dan Pedesaan dan Perumahan Majid Al-Hogail.
Dilansir di Arab News, Senin (20/6/2022), banyak orang di Arab Saudi dan Teluk memakai bisht pada acara-acara khusus dan hari libur. Mereka memadukannya dengan ornamen tradisional dan jahitan tangan yang halus, disulam bersama beragam benang dan kancing berwarna emas atau kuning, perak, putih dan merah.
Pengantin pria di Arab Saudi hampir selalu mengenakan bisht. Tak hanya itu, banyak universitas bersikeras agar siswa mereka mengenakannya saat upacara kelulusan.
“Tidak ada keraguan bahwa Hasawi bisht adalah merek dengan sejarah yang panjang dan perlu dirawat dan diperkenalkan dengan benar untuk, memastikan kontinuitasnya," ucap anggota eksekutif Komite Logistik Nasional di Federation of Saudi Chambers, Emad Al-Ghadeer.
Al-Ghadeer mendesak pembentukan lembaga pelatihan di industri serupa untuk meningkatkan produktivitas. Ia menilai karya seni ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembangunan ekonomi kawasan.
Lebih lanjut, dia juga membandingkan bisht Hasawi dengan jam tangan Rolex dalam hal kualitas. Hal tersebut, lanjutnya, menunjukkan banyak pengunjung ke Arab Saudi yang ingin membelinya.
Menurut salah satu pedagang terbesar dalam bisnis di Al-Ahsa, Ali Mohammed Al-Qattan, telah terjadi peningkatan penjualan bisht setelah berbulan-bulan industri terpengaruh oleh pandemi Covid-19.
Meski bisht buatan mesin mulai mendominasi pasar bertahun-tahun yang lalu, dibantu dengan harganya yang rendah, namun bisht buatan tangan terus ada setidaknya di kalangan elit.
“Untuk setiap bagian tertentu dari bisht, ada penjahit yang pandai mengerjakannya dan merasa mudah untuk menjahitnya,” ujarnya.
Festival yang berlangsung selama tujuh hari ini menampilkan pameran yang mendokumentasikan nilai bisht, lokakarya langsung tentang industri bisht, serta perayaan kerajinan nasional, termasuk rajutan bisht. Al-Ahsa terkenal dengan bisht, kerajinan bersejarah yang telah diturunkan melalui banyak keluarga selama beberapa generasi.
Direktur Jenderal Otoritas Pariwisata di Al-Ahsa Khaled Al-Farida mengatakan, industri bisht pada awalnya adalah profesi wanita. Hal ini karena wanita ingin merajutnya untuk putra mereka yang pergi ke Kataib (sesi menghafal Alquran), membedakan mereka dari yang lain.
Lantas, para pria bergabung ke dalam bisnis karena permintaannya yang meningkat dan perlahan industri mulai berkembang.
"Nama-nama bisht didasarkan pada deretan hiasan, lebar dan bentuknya, bisa segitiga, segiempat, heksagonal, atau segi delapan," kata dia.
Al-Farida mencatat, bisht pernah hanya dijual kepada orang kaya atau pedagang, maupun mereka yang memiliki kekayaan dan kekuasaan. Selanjutnya, bisht berkembang menjadi kostum dan simbol nasional Arab Saudi dan tetangga Teluknya.
Menurutnya, hitam adalah warna yang paling diinginkan, terutama selama pernikahan. Salah satu alasannya adalah ia memiliki bentuk yang khas ketika dihiasi dengan kancing berwarna emas, serta krem dan coklat.
Sumber: