AS Perluas Kapasitas Pengujian Cacar Monyet
Ada 142 kasus cacar monyet yang dilaporkan di 24 negara bagian, termasuk Washington.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan memperluas kapasitas pengujian cacar monyet ke lima perusahaan laboratorium komersial. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya kasus cacar monyet.
Hingga Selasa (21/6/2022), terdapat 142 kasus cacar monyet yang dilaporkan di 24 negara bagian, termasuk Washington DC. Kasus pertama cacar monyet di AS dilaporkan pada 17 Mei.
"Semua orang Amerika harus peduli dengan kasus cacar monyet. Saat ini kami memiliki alat untuk memerangi dan mengobati kasus di Amerika. Dengan memperluas jumlah lokasi pengujian di seluruh negeri, kami memungkinkan siapa saja yang perlu diuji untuk melakukannya," ujar Sekretaris Layanan Kesehatan dan Kemanusiaan (HHS), Xavier Becerra.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengirimkan tes cacar monyet ke lima perusahaan laboratorium komersial yaitu Aegis Science, Labcorp, Mayo Clinic Laboratories, Quest Diagnostics, dan Sonic Healthcare. HHS mengatakan, penyedia layanan kesehatan dapat menggunakan laboratorium komersial ini pada awal Juli.
"Laboratorium komersial akan memperluas kapasitas pengujian secara nasional, dan membuat pengujian lebih nyaman serta dapat diakses oleh pasien dan penyedia layanan kesehatan," kata HHS.
Wabah cacar monyet telah menyebar di lebih dari 40 negara non-endemik. Sejauh ini kasus cacar monyet yang dikonfirmasi melebihi 3.000 kasus. Menurut CDC, cacar monyet dapat menyebar melalui transmisi cairan tubuh atau luka pada orang yang terinfeksi. Termasuk melalui bahan yang mereka sentuh seperti pakaian atau sprei. Virus ini juga dapat ditularkan dari ibu ke bayi dalam kandungan.
Gejala cacar monyet meliputi sakit kepala, demam, nyeri otot, kelelahan, dan ruam yang khas pada kulit. Kebanyakan orang yang terkena penyakit ini sembuh dalam beberapa minggu. Penyakit cacar monyet memiliki tingkat kematian sekitar 10 persen.
Dr Neema Madhusoodanan Nambiar dari Bareen International Hospital mengatakan, infeksi cacar monyet dapat ditularkan dari hewan ke manusia melalui kontak dengan cairan tubuh yang terinfeksi, misalnya gigitan atau cakaran. Cacar monyet juga dapat ditularkan langsung oleh orang yang terinfeksi melalui kontak langsung melalui ruam kulit, cairan tubuh, dan tetesan pernapasan.
“Orang yang terinfeksi dapat menular dari 1 hari sebelum timbulnya ruam hingga 21 hari setelah gejala pertama, atau sampai semua lesi kulit menjadi koreng dan gejala lainnya hilang,” ujar Namibia.
Organisasi Keaehatan Dunia (WHO) mengatakan, Monkeypox atau cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada manusia di Republik Demokratik Kongo pada 1970. WHO membentuk komite ahli darurat untuk menentukan apakah wabah cacar monyet harus dianggap sebagai darurat kesehatan global. Wabah cacar monyet yang menjadi endemik di Afrika, kini telah menyebar luas ke negara nonendemik seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
"Kami percaya bahwa itu juga memerlukan beberapa tanggapan terkoordinasi karena penyebaran geografis," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Tedros mengatakan, pertemuan para ahli dari luar juga dapat membantu meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang virus tersebut. Dengan mendeklarasikan cacar monyet sebagai darurat kesehatan internasional, maka akan diperlakukan sama dengan pandemi Covid-19. Melalui deklarasi tersebut, WHO akan menganggap penyakit yang biasanya langka sebagai ancaman berkelanjutan bagi negara-negara secara global.
Direktur Kedaruratan WHO untuk Afrika, Ibrahima Soce Fall, mengatakan, jumlah kasus cacar monyet meningkat setiap hari. Sementara pejabat kesehatan menghadapi kesenjangan dalam hal pengetahuan tentang dinamika penularan di Afrika maupun di luar Afrika.
“Dengan saran dari komite darurat, kita bisa berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengendalikan situasi. Tetapi itu tidak berarti bahwa kita langsung menuju darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional," ujar Soce Fall, merujuk pada tingkat kewaspadaan tertinggi WHO untuk wabah virus.
“Kami tidak ingin menunggu sampai situasi di luar kendali untuk mulai membentuk komite darurat," kata Soce Fall menambahkan.
WHO tidak merekomendasikan vaksinasi massal, tetapi menyarankan penggunaan vaksin yang bijaksana. WHO mengatakan, pengendalian penyakit tbergantung pada sejumlah langkah seperti pengawasan, pelacakan kasus dan mengisolasi pasien.