Penyintas Gempa Afghanistan Gunakan Tangan Kosong untuk Gali Jalan Keluar

Gempa berkekuatan 6,1SR telah merobohkan rumah dan menewaskan 1.000 orang.

AP Photo/Ebrahim Nooroozi
Warga Afghanistan mencari korban selamat di desa Gyan, di provinsi Paktika, Afghanistan, Rabu, 22 Juni 2022. Gempa bumi dahsyat mengguncang wilayah pegunungan Afghanistan timur Rabu pagi, meratakan rumah-rumah batu dan bata lumpur dalam gempa paling mematikan di negara itu. dalam dua dekade, kantor berita pemerintah melaporkan.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Penduduk di Distrik Gayan, Provinsi Paktika, Afghanistan yang terjebak dalam reruntuhan bangunan berusaha untuk menyelamatkan diri sendiri. Dengan menggunakan tangan kosong, mereka menggali tanah dan menyingkirkan puing bangunan yang menimpa mereka akibat gempa.

Baca Juga


Gempa dahsyat berkekuatan 6,1 skala ritcher telah merobohkan rumah dan menewaskan sekitar 1000 orang. Penduduk desa di Distrik Gayan, berdiri di atas reruntuhan batu bata yang dulunya merupakan bangunan rumah. Penduduk desa lain dengan hati-hati berjalan melalui lorong-lorong tanah, dan berpegangan pada dinding yang rusak dengan balok kayu untuk membuat jalan keluar.

"Kami meminta Islamic Emirate of Afghanistan dan seluruh negeri untuk membantu kami. Kami tidak memiliki apa-apa termasuk tenda sebagai tempat tinggal," kata seorang korban selamat yang bernama Hakimullah. 

Gempa itu berpusat di Provinsi Paktika, sekitar 50 kilometer barat daya Provinsi Khost. Para ahli memperkirakan kedalaman gempa hanya 10 kilometer, dan gempa dangkal cenderung menyebabkan lebih banyak kerusakan. Badan seismologi Eropa mengatakan, gempa itu terasa hingga lebih dari 500 kilometer oleh 119 juta orang di Afghanistan, Pakistan dan India. Namun sejauh ini belum ada laporan kerusakan akibat gempa di Pakistan dan India.

Dalam gambar yang diambil dari video dari Kantor Berita Negara Bakhtar, pejuang Taliban mengamankan helikopter pemerintah untuk mengevakuasi orang yang terluka di distrik Gayan, provinsi Paktika, Afghanistan, Rabu, 22 Juni 2022. - (Bakhtar State News Agency via AP)

Di distrik Spray, Provinsi Khost  juga mengalami kerusakan serius. Orang-orang duduk di bawah tenda darurat yang terbuat dari selimut yang tertiup angin. Para penyintas dengan cepat mempersiapkan jenazah termasuk anak-anak dan bayi untuk dimakamkan. Para pejabat khawatir, jumlah korban tewas akan meningkat. 

“Sulit untuk mengumpulkan semua informasi yang tepat karena itu adalah daerah pegunungan. Informasi yang kami miliki adalah apa yang kami kumpulkan dari penduduk daerah ini," ujar Kepala Distrik Speray, Sultan Mahmood. 

Operasi penyelamatan mengalami kendala karena kondisi medan yang sulit, seperti hujan lebat, tanah longsor dan banyak desa terletak di daerah lereng bukit yang tidak dapat diakses.  

"Banyak orang masih terkubur di bawah tanah. Tim penyelamat telah tiba dan dengan bantuan penduduk setempat berusaha mengeluarkan korban tewas dan luka-luka," ujar seorang petugas kesehatan yang berbicara dengan syarat anonim di sebuah rumah sakit di Provinsi Paktika yang dilanda gempa.  

 

Sebagian besar kematian yang dikonfirmasi berada di provinsi timur Paktika, di mana 255 orang tewas dan lebih dari 200 terluka. Sementara di Provinsi Khost, 25 orang meninggal dan 90 orang dibawa ke rumah sakit.

"Kami semua sedang tidur dan ruangan itu menimpa kami," kata Gul Faraz saat menerima perawatan luka bersama istri dan anak-anaknya di sebuah rumah sakit di Paktika.  

Faraz mengatakan, beberapa anggota keluarganya tewas. "Semua rumah di daerah kami hancur, tidak hanya satu, tetapi seluruh wilayah telah hancur," ujarnya.

Melakukan operasi penyelamatan akan menjadi ujian besar bagi otoritas Taliban, yang mengambil alih Afghanistan pada Agustus lalu. Kementerian Pertahanan di bawah kekuasaan Taliban memimpin upaya penyelamatan.  Loretta Hieber Girardet dari kantor pengurangan risiko bencana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, upaya untuk memberikan bantuan dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di bawah puing-puing akan menghadapi tantangan besar karena medan yang sulit dan cuaca.

“Jalan-jalannya buruk bahkan pada waktu-waktu terbaik, sehingga operasi kemanusiaan yang dilakukan akan menghadapi tantangan oleh kurangnya akses ke daerah yang terkena gempa,” kata Girardet.

Dalam foto yang dirilis oleh kantor berita pemerintah Bakhtar, warga Afghanistan mengevakuasi korban luka akibat gempa di provinsi Paktika, Afghanistan timur, Rabu, 22 Juni 2022. - (ap/Bakhtar News Agency)

Pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzadah, yang hampir tidak pernah muncul di depan umum, memohon kepada masyarakat internasional dan organisasi kemanusiaan untuk membantu orang-orang Afghanistan yang terkena dampak tragedi besar ini.

Bencana gempa dahsyat itu menimbulkan lebih banyak kesengsaraan bagi warga Afghanistan. 

Di Ibu Kota Kabul, Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund mengadakan pertemuan darurat di istana presiden. Wakil Menteri untuk Penanggulangan Bencana di bawah pemerintahan Taliban, Sharafuddin Muslim, mengatakan, Afghanistan membutuhkan bantuan dari negara lain untuk mengatasi bencana gempa ini. Dia mengakui bahwa, keterasingan penguasa Taliban dari dunia internasional membuat mereka sulit untuk menangani bencana ini. 

 

“Ketika insiden besar seperti itu terjadi di negara mana pun, ada kebutuhan untuk bantuan dari negara lain. Sangat sulit bagi kami untuk dapat menanggapi insiden besar ini," ujar Muslim.

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler