Gejala yang Muncul 6 Bulan Sebelum Kanker Paru Terdiagnosis
Ada tujuh gejala yang muncul mendahului diagnosis kanker paru.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker paru masih menjadi kanker dengan angka kematian tertinggi di antara semua jenis kanker. Menurut data dari Cancer Research UK, hanya 10 persen pasien kanker paru yang bertahan selama 10 tahun atau lebih setelah didiagnosis.
Meskipun statistik ini cukup tragis, hampir 80 persen diagnosis kanker paru-paru dapat dicegah. Lebih jauh lagi, semakin dini kanker paru-paru terdeteksi, semakin besar kemungkinan seorang pasien bertahan hidup selama 10 tahun atau lebih.
Jadi mengidentifikasi gejalanya adalah kunci. Sebuah studi belum lama ini yang dilakukan oleh Cancer Research UK dan National Cancer Institute mengidentifikasi 11 gejala berbeda dari kanker paru-paru.
Gejala-gejala yang dimaksud adalah clubbing finger, hemoptisis, batuk, mengi, limfadenopati, nyeri tulang, penurunan berat badan, kelelahan, sakit punggung, sesak napas, dan nyeri dada. Di antara semua gejala itu, ada tujuh gejala yang bisa terjadi enam bulan sebelum pasien didiagnosis kanker paru-paru, yaitu batuk, mengi, nyeri tulang, nyeri punggung, penurunan berat badan, kelelahan, dan hemoptisis (batuk darah).
"Sebetulnya, semua gejala kecuali penurunan berat badan juga secara signifikan terkait dengan kasus 12 bulan sebelum diagnosis. Sesak napas dan nyeri dada juga umum terjadi pada tiga bulan sebelum diagnosis, limfadenopati dan clubbing finger satu bulan sebelumnya," kata para peneliti, seperti dilansir Express, Kamis (23/6/2022).
Peneliti juga mengungkap bahwa hemoptisis atau batuk darah menjadi salah satu gejala paling umum yang digunakan untuk merujuk pada kanker paru-paru. Sementara itu, muncul kekhawatiran tentang tingkat kelangsungan hidup salah satu kanker paling mematikan, yakni kanker pankreas.
Sementara 10 persen pasien kanker paru-paru bertahan selama lebih dari satu dekade setelah diagnosis, jumlah ini turun menjadi hanya lima persen untuk pasien kanker pankreas. Sebuah studi baru menemukan harapan hidup dari kanker pankreas menurun kala pandemi Covid-19 karena pasien tidak dapat menemui dokter umum mereka.
Dilakukan oleh Universitas Oxford, penelitian ini membandingkan hasil pasien kanker pankreas sebelum dan setelah pandemi dimulai. Hasil penelitian dimuat dalam Journal of Clinical Medicine.
Pada kelompok pra pandemi, pasien bertahan selama rata-rata lebih dari tujuh bulan. Sedangkan pada kelompok pasca pandemi turun menjadi hanya tiga bulan; penurunan 50 persen dalam waktu bertahan hidup.
"Kanker pankreas memiliki kelangsungan hidup terburuk dari semua kanker, dan sekarang kelangsungan hidupnya semakin berkurang dibanding periode Covid-19 awal. Kita perlu mengembalikan layanan kanker ke standar pra pandemi, terutama layanan diagnostik baik radiologi maupun endoskopi, dan pengobatan seperti operasi dan kemoterapi," kata salah satu peneliti, Dr Shivan Sivakumar.