Hadapi 1.000 Serangan Siber Per Tahun, Israel Waspadai Peretas Iran
Iran telah meningkatkan aktivitas serangan sibernya secara signifikan.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengungkapkan, Iran telah meningkatkan aktivitas serangan sibernya secara signifikan. Dia mengklaim, terdapat lebih dari 1.000 serangan siber terhadap negaranya setiap tahunnya. Gantz meyakini, peretas Iran termasuk dalam aktor penyerangan.
“Satu dekade lalu, Israel menghadapi beberapa serangan siber yang signifikan. Hari ini kami menghadapi lebih dari seribu serangan per tahun,” kata Gantz saat berbicara dalam acara Cyber Week Conference yang diselenggarakan Tel Aviv University, Rabu (29/6/2022), dikutip laman Israel National News.
Dia mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah banyak mencegat upaya peretasan yang membidik perusahaan swasta dan publik di negara tersebut, termasuk mereka yang tersebar di seluruh dunia. “Hari ini, setiap perusahaan, setiap individu, harus bertanggung jawab dalam melindungi pelanggannya, asetnya sendiri, dan keamanan negara Israel,” ucapnya.
Gantz meyakini, Iran menjadi salah satu dalang di balik serangan siber terhadap Israel. “Pemimpin terorisme global dan konvensional adalah Iran. Ini juga berlaku untuk ‘terorisme dunia maya’. Iran mengancam akan merusak infrastruktur global, bertujuan untuk menyebarkan ketakutan, dan bahkan berusaha mempengaruhi proses demokrasi dan pemerintahan,” katanya.
Ia menekankan, Israel mengetahui sistem siber dan metode operasi lawan-lawannya. “Dalam konteks ini, dalam beberapa tahun terakhir, kami telah mengidentifikasi fenomena kelompok peretas Iran yang beroperasi melawan Israel dan negara-negara lain di kawasan serta dunia,” ujar Gantz.
Gantz menegaskan Israel tidak akan mengabaikan serangan semacam itu. Tahun lalu, Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) sepakat mempererat kerja sama di bidang keamanan siber. Kedua negara tersebut diketahui telah resmi melakukan normalisasi diplomatik.
Kepala Direktorat Siber Nasional Israel Igal Unna mengungkapkan, negaranya dan UEA memiliki ancaman yang sama di bidang siber. Hal itu dipengaruhi sifat kawasan dan hubungan baru kedua negara yang terbuka. Selain itu, Israel dan UEA kuat secara ekonomi dan teknologi.
"Kami melihat hal-hal dalam kemajuan yang cepat dan saya sangat optimis bahwa kami memiliki banyak kesamaan serta banyak hal untuk dibagikan," kata Unna saat melakukan konferensi daring dengan kepala badan siber UEA Mohamed al-Kuwaiti pada 24 September lalu, dilaporkan Al Arabiya.
Al-Kuwaiti mengatakan UEA memang menghadapi potensi risiko sabotase daring, termasuk serangan ransomware, saat mengembangkan ranah digitalnya. "Israel sangat terkenal di bagian teknologi dan itu akan sangat membantu," katanya.
Baik al-Kuwaiti maupun Unna tidak secara eksplisit menyebutkan ancaman terhadap negara mereka. Namun ingin meningkatkan kerja sama, termasuk menyelenggarakan latihan bersama dalam pertahanan dunia maya.