Mengupas Spiritualitas Haji dalam Tawaf
IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Tawaf dan sa'i adalah dua komponen utama haji yang dilakukan satu demi satu. Tawaf adalah kegiatan mengelilingi atau berjalan mengelilingi Ka'bah dengan gerakan berlawanan arah jarum jam.
Tawaf dilakukan dalam tujuh putaran. Tawaf dan sa’i merepresentasikan dinamisme kehidupan dan multidimensionalitasnya.
Tawaf berasal dari akar kata “tafa” yang berarti “pergi dari satu tempat ke tempat lain”, “berputar-putar”, “berjalan melalui”, “berkeliaran”, dan “melintasi dan menjelajah”. Ta'if adalah orang yang melakukan tawaf di sekitar Ka'bah dan tawwaf adalah orang yang sering bepergian dan terus bergerak.
Dilansir di About Islam, tawaf adalah julukan yang diberikan kepada Dzul Qarnayn, seorang raja legendaris yang melintasi bumi dari barat (terbenamnya matahari) ke timur (terbitnya matahari). Tawaf dan sa'i adalah tentang vitalitas dan pelestarian. Tawaf menunjukkan energi dan gerakan duniawi dan kosmik, sementara sa'i, sebagian besar, mewakili yang pertama.
Gerakan tawaf bersifat melingkar, yang mengisyaratkan kesatuan, totalitas, dan ketakterhinggaan. Ini juga menyiratkan signifikansi dan kekuatan berkelanjutan yang terkait dengan seluruh ciptaan dan bagaimana semuanya terintegrasi menjadi satu.
Dalam kapasitasnya sebagai Rumah Tuhan, Ka'bah mewakili keilahian. Ini adalah sumber dari semua makna dan konsekuensi ontologis. Itu juga merupakan sumber dari semua kehidupan jasmani dan rohani.
Seseorang harus tinggal sedekat mungkin dengan Ka'bah, sekaligus secara fisik selama tawaf dan secara kiasan di sampingnya untuk memanfaatkan kemurahan hatinya dan menggunakannya sebagai sarana untuk mendekati Pemiliknya. Nabi Muhammad SAW mengatakan bahwa di masing-masing dari tujuh langit ada Ka'bah yang sering dikunjungi oleh para malaikat. Ka'bah dari langit pertama disebut Bayt al-'Izzah dan langit ketujuh disebut al-Bayt al-Ma'mur.