CDC Ingatkan Bahaya Parechovirus, Bayi Connecticut Jadi Korban Meninggal

Sejauh ini, tidak ada obat spesifik untuk infeksi parechovirus.

www.freepik.com.
Bayi menangis karena sakit (Ilustrasi). Parechovirus menular melalui jalur fekal-oral dan pernapasan.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat kesehatan federal di Amerika Serikat telah mengeluarkan peringatan bagi dokter dan orang tua mengenai kasus infeksi virus berbahaya, human parechovirus (PeVs), yang kembali menyebar di seluruh negeri selama musim panas hingga musim gugur. Patogen yang jamak menyerang anak-anak ini dapat menyebabkan demam, kejang, delirium, dan masalah lainnya seperti sepsis yang dapat mengancam nyawa bayi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan parechovirus saat ini beredar di beberapa negara bagian AS sejak Mei 2022. Virus tersebut menular melalui jalur fekal-oral dan pernapasan penderita, baik yang bergejala maupun asimtomatik.

Baca Juga


Secara taksonomi, parechovirus masih satu keluarga dengan enterovirus yang begitu masuk ke mulut akan memperbanyak diri di saluran pernapasan dan pencernaan. Dari empat spesies parechovirus, hanya PeV-A yang dapat menyebabkan kesakitan pada manusia.

Sejauh ini, CDC hanya mengumpulkan sampel positif PeV-A3, yang merupakan jenis parechovirus spesifik yang paling sering dikaitkan dengan penyakit parah. Setidaknya satu bayi baru lahir meninggal di Connecticut.

"Bayi Ronan berusia kira-kira 20 hari ketika ibunya mulai memperhatikan bahwa dia menjadi sangat rewel dan banyak menangis," kata laporan WTNH New Haven, seperti dilansir laman Insider, Kamis (14/7/2022).

Gejala lainnya muncul pada bagian dada dan wajah yang memerah. Bayi tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai mengalami kejang. Dua pekan kemudian, tepatnya pada usia 34 hari, bayi itu meninggal.

Menurut CDC, belum ada obat untuk infeksi parechovirus. Anak-anak yang lebih tua yang terinfeksi mungkin hanya memiliki penyakit ringan, seperti pilek. Sementara itu, anak lainnya mungkin tetap tidak menunjukkan gejala sama sekali selama infeksi dan tidak merasakan keluhan apapun.

CDC memberi tahu dokter untuk waspada terhadap tanda-tanda parechovirus. Gejala infeksinya ialah demam, sindrom mirip sepsis, kejang, atau meningitis.

Selain itu, infeksi parechovirus juga disertai gejala umum meliputi demam tinggi, lekas rewel, kehilangan nafsu makan, dan kantuk. Badan kesehatan federal mendesak dokter untuk menguji PeV pada bayi yang mungkin memiliki tanda dan gejala seperti itu tanpa penyebab lain yang diketahui.

CDC mencatat kurang dari 50 kasus parechovirus di seluruh negeri setiap tahun. Pada balita, gejala umum dapat berupa infeksi saluran pernapasan atas, demam, dan ruam.

"Kebanyakan anak-anak terinfeksi pada saat mereka mulai usia taman kanak-kanak," ungkap CDC.

Penyakit pada balita dan anak-anak yang lebih tua biasanya ringan. Meski begitu, setidaknya ada beberapa laporan tentang anak-anak berusia delapan tahun yang mengalami infeksi parechovirus yang parah, dengan demam, ruam, penglihatan kabur, kesulitan berjalan, sakit kepala, dan kebingungan atau perubahan status mental.

Parechovirus umumnya paling berbahaya bagi bayi berusia kurang dari tiga bulan, terutama bayi baru lahir yang berusia kurang dari satu bulan, seperti Ronan. Cairan tulang belakang yang diambil dari bayi yang memiliki parechovirus sering kali memiliki sedikit atau tidak ada sel darah putih yang melawan infeksi di dalamnya.

"Sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan untuk menjauhkan bayi Anda dari siapa pun yang sakit," ujar dr Thomas Murray dari Rumah Sakit Anak Yale-New Haven.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler