Gotabaya Rajapaksa, Pahlawan Perang yang Kini Dihujat
Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang tapi kini dihujat rakyatnya
REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO - Parlemen Sri Lanka resmi menerima surat pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa, Jumat (15/7/2022). Dalam masa kepemimpinannya, sosok Rajapaksa pernah dianggap sebagai pahlawan perang oleh mayoritas Buddha Sinhala.
Seperti dilansir laman Times of India, Jumat (15/7/2022), dalam sejarahnya Gotabaya Rajapaksa membantu menghancurkan kelompok separatis, Liberation Tigers of Tamil Eelam (LTTE) dan mengakhiri hampir 30 tahun perang saudara. Rajapaksa pernah menjabat sebagai menteri pertahanan selama masa jabatan presiden kakak laki-lakinya Mahinda Rajapaksa dari 2005 hingga 2014.
Gotabaya Rajapakasa sendiri dipilih sebagai presiden oleh rakyat Sri Lanka yang khawatir tentang ekstremisme Islam di negara mayoritas Buddha setelah pemboman Paskah pada 21 April 2019 yang membunuh lebih dari 250 orang. Meskipun dijuluki sebagai "pahlawan perang", peran Rajapaksa dalam LTTE dengan kematian pemimpinnya Velupillai Prabhakaran pada 2009 cukup memecah belah. Sebab ia dituduh melanggar hak asasi manusia, meski ia menolak tuduhan itu.
Rajapaksa mengambil sumpah sebagai presiden di Buddha Ruwanwelisaya di Anuradhapura, sebuah kuil kuno yang dibangun oleh Raja Sinhala Dutugemenu yang terkenal karena mengalahkan raja Tamil. Upacara pengambilan sumpahnya menunjukkan bahwa presiden bersandar pada dominasi Buddha Sinhala di pulau yang diduduki 20 persen umat Hindu dan Muslim.
Rajapaksa dituduh mengawasi penyiksaan dan pembunuhan tanpa pandang bulu terhadap warga sipil dan kombatan, dan kemudian pembunuhan politik. Dia dan saudaranya Mahinda juga dituduh memaafkan kekerasan seks dan pembunuhan di luar proses hukum yang diduga dilakukan oleh pihak keamanan Sri Lanka selama Perang.
Rajapaksa, yang merupakan target utama Tamil Tigers, selamat dari upaya pembunuhan pada Desember 2006 oleh bom bunuh diri LTTE. Dia juga dianggap condong ke Cina.
Selama rezim saudaranya Mahinda, Cina mulai berinvestasi besar-besaran dalam proyek infrastruktur di negara kepulauan itu, sebab Sri Lanka menghadapi isolasi internasional di ujung perang saudara. Kritikus mengatakan hal itu karena Mahinda bahwa negara itu telah jatuh ke dalam perangkap utang Cina.
Pelabuhan Hambantota, yang didanai oleh pinjaman Cina selama rezim Mahinda, disewakan ke Beijing dalam pertukaran utang-untuk-ekuitas selama 99 tahun pada 2017 setelah negara itu gagal melunasi utangnya. Sri Lanka secara historis menjadi pusat komersial penting di sepanjang rute maritim karena posisinya yang strategis di Samudra Hindia, di mana Cina semakin membuat terobosan.
Profil Gotabaya Rajapaksa
Lahir pada 20 Juni 1949 di Palatuwa di distrik Matara, Rajapaksa berasal dari keluarga politik terkenal. Ia adalah anak kelima dari sembilan bersaudara. Ayahnya D A Rajapaksa adalah seorang politisi terkemuka pada 1960-an di pemerintahan Wijeyananda Dahanayake dan juga anggota pendiri dari Partai Kebebasan Sri Lanka.
Rajapaksa memperoleh pendidikan dasar dan menengah di Ananda College di Kolombo dan memperoleh gelar pascasarjana di bidang Teknologi Informasi dari University of Colombo pada 1992. Dia bergabung dengan Angkatan Darat Ceylon sebagai Perwira Kadet pada 1971. Pada 1983, ia juga memperoleh gelar master dalam Studi Pertahanan dari Universitas Madras.
Pada 1991, ia diangkat sebagai Wakil Komandan Akademi Pertahanan Sir John Kotelawala dan memegang posisi tersebut hingga pensiun dini dari tentara pada 1992. Selama 20 tahun dinas militernya, Rajapaksa menerima penghargaan atas keberanian dari tiga presiden Sri Lanka, JR Jayewardene, Ranasinghe Premadasa dan DB Wijetunga.
Setelah pensiun, Rajapaksa mengejar diploma pascasarjana dalam Teknologi Informasi dari Universitas Kolombo. Kemudian ia bergabung dengan Informatika, sebuah perusahaan IT yang berbasis di Kolombo sebagai manajer pemasarannya.
Selanjutnya ia bermigrasi ke AS pada 1998 dan bekerja di Lovola. Pada 2005, ia kembali ke Sri Lanka untuk membantu kampanye pemilihan presiden saudaranya Mahinda. Selama waktu itu, ia memperoleh kewarganegaraan dari Sri Lanka.
Dia diangkat ke jabatan menteri pertahanan pada November 2005 oleh presiden Mahinda yang baru terpilih. Dalam kapasitas ini, ia memantau operasi militer yang akhirnya mengalahkan LTTE dan membuatnya mendapatkan gelar "pahlawan perang". Rajapaksa menikah dan memiliki seorang putra.
Gotabaya Rajapaksa Kini Dihujat
Namun kini ia dihujat oleh rakyatnya sendiri yang memberi ia gelar pahlawan. Para pendemo secara dramatis menyerbu kediaman resminya karena krisis ekonomi terburuk di Sri Lanka.
Politisi berusia 73 tahun dan adik dari mantan perdana menteri Mahinda Rajapaksa, adalah mantan perwira militer yang menghadiri sekolah kontra-pemberontakan dan perang hutan di Assam pada 1980. Dia adalah orang pertama dengan latar belakang militer yang terpilih jadi presiden pada 2019.
Pengunduran dirinya terjadi beberapa hari setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu kediaman resminya. Para pendemo menyalahkannya atas gejolak ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya di negara pulau itu sejak kemerdekaannya dari Inggris pada 1948.
Krisis ekonomi sebagian disebabkan oleh kurangnya mata uang asing. Ini berimbas ke negara tersebut tidak mampu membayar impor makanan pokok dan bahan bakar yang menyebabkan kelangkaan akut dan harga yang sangat tinggi.
Di bawah tekanan yang meningkat, Presiden Rajapaksa pertama-tama mencopot kakak laki-lakinya Chamal dan keponakan tertuanya Namal dari Kabinet pada pertengahan April. Kemudian, Perdana Menteri Mahinda juga mengundurkan diri setelah para pendukungnya menyerang pengunjuk rasa anti-pemerintah yang memicu kekerasan terhadap para loyalis keluarga Rajapaksa di banyak bagian negara itu.
Presiden Rajapaksa kemudian mencoba mengatasi krisis selama beberapa pekan bersama dengan Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe. Namun ia terpaksa meninggalkan kediaman resminya dalam menghadapi protes besar-besaran atas krisis ekonomi yang telah membuat Sri Lanka bertekuk lutut.
Dari lokasi yang dirahasiakan, Presiden Rajapaksa memberi tahu Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena tentang keputusannya untuk mundur pada Sabtu malam. Dia melarikan diri ke Maladewa tanpa mengundurkan diri dari kantornya. Dari Maladewa, dia pergi ke Singapura yang memungkinkan dia masuk ke negara-kota itu dalam kunjungan pribadi.
Pada Kamis malam akhirnya presiden Rajapaksa mengirimkan surat pengunduran dirinya kepada Ketua parlemen Sri Lanka setelah mencapai Singapura.