PM Wickremesinghe Dilantik Sebagai Presiden Sementara Sri Lanka
Presiden baru akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa yang berakhir pada 2024.
REPUBLIKA.CO.ID, KOLOMBO -- Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe dilantik sebagai presiden sementara Sri Lanka pada Jumat (15/7/2022), hingga parlemen memilih presiden baru. Ketua parlemen Sri Lanka mengatakan, Gotabaya Rajapaksa mengundurkan diri sebagai presiden secara efektif pada Kamis (14/7/2022), dan anggota parlemen akan menggelar sidang pada Sabtu (16/7/2022) untuk memilih pemimpin baru.
Ketua Parlemen Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardana, mengatakan, presiden baru akan menjalani sisa masa jabatan Rajapaksa yang berakhir pada 2024. Dia memperkirakan proses pemilihan presiden baru akan selesai dalam tujuh hari. Abeywardana menjanjikan proses cepat dan transparan untuk memilih presiden baru.
“Saya meminta warga negara yang terhormat dan penuh kasih untuk menciptakan suasana damai, untuk melaksanakan proses demokrasi Parlemen yang tepat dan memungkinkan semua anggota Parlemen untuk berpartisipasi dalam pertemuan dan berfungsi secara bebas dan hati-hati,” ujar Abeywardana.
Presiden terpilih akan menunjuk perdana menteri baru yang harus disetujui oleh Parlemen. Dengan mundurnya Rajapaksa, maka tekanan terhadap Wickremesinghe semakin meningkat.
Wickremesinghe mengatakan, dalam jangka pendek dia akan memulai langkah untuk mengubah konstitusi dengan memotong kekuasaan presiden dan memperkuat Parlemen. Dia juga akan memulihkan hukum dan ketertiban, termasuk mengambil tindakan hukum terhadap pemberontak. Mengacu pada bentrokan di dekat Parlemen pada Rabu (13/7/2022) malam ketika banyak tentara dilaporkan terluka, Wickremesinghe mengatakan, pengunjuk rasa sejati tidak akan terlibat dalam tindakan seperti itu.
“Ada perbedaan besar antara pengunjuk rasa dan pemberontak. Kami akan mengambil tindakan hukum terhadap para pemberontak," kata Wickremesinghe.
Sri Lanka mengalami kekurangan cadangan devisa untuk membayar impor kebutuhan dasar seperti makanan, pupuk, obat-obatan dan bahan bakar. Hal ini menyebabkan negara tersebut mengalami krisis ekonomi terparah dalam sejarah.
Para pengunjuk rasa menyambut pengunduran diri Presiden Rajapaksa dengan gembira. Mereka memasak dan membagikan nasi susu, yaitu makanan yang dinikmati orang Sri Lanka untuk merayakan kemenangan. Di lokasi protes utama di depan kantor presiden di Kolombo, orang-orang menyambut baik pengunduran diri Rajapaksa. Tetapi mereka bersikeras bahwa, Wickremesinghe juga harus mundur.
“Saya senang Gotabaya akhirnya pergi. Dia seharusnya mengundurkan diri lebih awal, tanpa menimbulkan banyak masalah,” ujar seorang pensiunan karyawan bank, Velayuthan Pillai (73 tahun).
Pillai menambahkan, Wickremesinghe yang merupakan pendukung Gotabaya harus mengundurkan diri. Para pengunjuk rasa yang menduduki gedung-gedung pemerintah mulai mundur pada Kamis, sehingga memulihkan ketenangan di Ibu Kota Kolombo.
Seorang mahasiswa yang bergabung dalam aksi protes, Maduka Iroshan (26 tahun), mengatakan, dia senang karena Rajapaksa telah berhenti. Iroshan menambahkan, Rajapaksa telah merusak impian generasi muda.
Aksi protes yang berlangsung selama berbulan-bulan mencapai puncak pada Sabtu, 9 Juli ketika pengunjuk rasa menyerbu rumah dan kantor presiden, termasuk kediaman resmi Wickremesinghe. Para pengunjuk rasa awalnya akan tetap menduduki kediaman presiden dan gedung pemerintah, hingga pemerintahan baru terbentuk. Tetapi mereka mengubah taktik pada Kamis dan mulai meninggalkan lokasi protes.
“Kekhawatirannya adalah retaknya kepercayaan yang mereka pegang untuk perjuangan. Kami telah menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh kekuatan rakyat, tetapi itu tidak berarti kami harus menduduki tempat-tempat ini," ujar seorang pemimpin protes, Nuzly.
Rajapaksa beserta istri dan anaknya meninggalkan Sri Lanka pada Rabu dengan pesawat militer. Rajapaksa kabur ke Maladewa. Kemudian pada Kamis, Rajapaksa melanjutkan pelariannya pergi ke Singapura. Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan, Rajapaksa tidak meminta suaka. Tidak diketahui apakah Singapura akan menjadi tujuan akhir Rajapaksa. Namun sebelumnya dia telah mencari perawatan medis di Singapura, termasuk menjalani operasi jantung.