Sidebar

Iran Umumkan Divisi Drone Pertamanya di Samudera Hindia

Friday, 15 Jul 2022 22:04 WIB
Drone Iran

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Iran mengumumkan divisi pesawat nirawak atau drone pertamanya di Samudra Hindia. Namun, informasi yang disampaikan tidak menyebutkan berapa banyak kapal atau drone yang dimasukkan dalam setiap unit, hanya satu kapal yang membawa 50 drone.

Baca Juga


Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington percaya bahwa Iran sedang bersiap untuk memberi Rusia hingga beberapa ratus drone, termasuk beberapa yang memiliki kemampuan senjata, dan bahwa Iran sedang bersiap untuk melatih pasukan Rusia untuk menggunakannya.

Kementerian luar negeri Iran tidak membenarkan atau membantah pernyataan Sullivan.Iran telah memasok kendaraan udara tak berawak (UAV) ke sekutunya di Timur Tengah.TV Iran mengatakan drone yang ditampilkan pada Jumat termasuk Pelican, Arash, Homa, Chamrosh, Jubin, Ababil-4 dan Bavar-5.

Terpisah, Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani janji bersama di Yerusalem untuk menolak senjata nuklir Iran, sebuah langkah nyata untuk mengakomodasi seruan Israel oleh negara besar dunia tentang "ancaman militer yang dapat dibuktikan".

Ditanya oleh televisi Israel Minggu ini apakah pernyataannya di masa lalu bahwa dia akan mencegah Teheran mendapatkan senjata nuklir berarti dia akan menggunakan kekuatan militer melawan Iran, Biden menjawab: "Jika itu adalah upaya terakhir, ya.""Amerika dan Zionis (Israel) tahu betul harga menggunakan kata 'kekuatan' terhadap Iran," kata Brigadir Jenderal Abolfazl Shekarchi, juru bicara angkatan bersenjata Iran, seperti dikutip oleh media Iran pada Jumat.

Amerika Serikat dan Israel sedang berusaha untuk meletakkan dasar bagi aliansi keamanan dengan negara-negara Arab yang akan menghubungkan sistem pertahanan udara, sumber yang mengetahui rencana tersebut mengatakan.Iran membantah mengupayakan senjata nuklir, seraya mengatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai.Perjalanan Biden ke Timur Tengah juga termasuk ke saingan regional Iran, Arab Saudi.

Teheran mencapai kesepakatan dengan enam negara kuat pada 2015. Kesepakatan itu membatasi program pengayaan uranium Iran untuk mempersulit pengembangan senjata nuklir dengan imbalan pembebasan dari sanksi internasional.Mantan Presiden AS Donald Trump meninggalkan kesepakatan itu pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran, mendorong Teheran untuk mulai melanggar batas nuklir sekitar setahun kemudian.Upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu sejauh ini gagal.

Sumber: Reuters

Berita terkait

Berita Lainnya