Anak yang Meninggal Akibat DBD di Bandung Bertambah Jadi 7 Orang

Dinkes telah mengirim surat kewaspadaan kepada kewilayahan dan fasilitas kesehatan.

ANTARA/Raisan Al Farisi
Anggota Karang Taruna melakukan pengasapan atau fogging untuk mencegah penyebaran kasus demam berdarah dengue (DBD).
Rep: M Fauzi Ridwan Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Jumlah anak di Kota Bandung yang meninggal dunia akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), terus bertambah. Bulan Juni lalu anak yang meninggal sebanyak 6 orang, sedangkan pada Juli bertambah menjadi 7 orang anak.


"Iya betul (tujuh orang)," ujar Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bandung Ira Dewi Jani saat dikonfirmasi, Ahad (24/7/2022).

Dia menyebut, sebelumnya usia anak-anak yang meninggal dunia akibat penyakit DBD antara satu hingga 9 tahun. Pihaknya mencatat, pada Januari kasus DBD sebanyak 1.225 orang, Februari 738, Maret 457, April 158 serta Mei 328 orang. 

Sedangkan pada pekan kedua Juni sudah terdapat 7 orang yang terserang DBD. Dia mengatakan, penyebab anak yang meninggal dunia belum dapat dipastikan. Sebab analisis, harus mengacu kepada hasil medis yang diperoleh.

"Masih belum tahu apakah telat dibawa ke rumah sakit atau telat mendeteksi penyakit," katanya.

Saat ini, pihaknya telah mengirim surat kewaspadaan kepada kewilayahan dan fasilitas kesehatan untuk melakukan antisipasi. Cara yang dapat dilakukan melalui kegiatan fogging maupun membersihkan lingkungam.

"Kita mau bilang fogging bukan satu cara menanggulangi DBD, ada tiga manusia, vektor dan virus," katanya. Upaya yang dilakukan yaitu memberantas nyamuk dengan giat melaksanakan membersihkan lingkungan melalui Jumat bersih.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
 
Berita Terpopuler