Anggaran UNRWA Defisit, Kehidupan Pengungsi Palestina Terancam
UNRWA terancam tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina yang meningkat.
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Kepala Departemen Pengungsi di Organisasi Pembebasan Palestina Ahmad Abu Holi mengatakan, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengalami defisit anggaran hingga 100 juta dolar AS. Kondisi tersebut akan membuat UNRWA tak lagi mampu memenuhi kebutuhan pengungsi Palestina yang meningkat.
"Tingkat kemiskinan, pengangguran, dan kerawanan pangan yang tinggi di antara para pengungsi Palestina mengharuskan komunitas internasional bertindak untuk mendukungnya (UNRWA) serta menyediakan dana yang cukup dan berkelanjutan," kata Abu Holi, Sabtu (23/7/2022), dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Menurut Abu Holi, krisis keuangan telah membuat UNRWA meminjam dana dari lembaga internasional lainnya untuk menggaji para pegawainya pada Mei lalu. “Dukungan Arab terhadap UNRWA akan menjadi fokus diskusi dalam sesi ke-108 Konferensi Pengawas Urusan Palestina, yang akan diadakan Liga Arab di Kairo pada Ahad (24/7/2022),” ucapnya.
Awal tahun ini, UNRWA mengungkapkan, mereka membutuhkan dana 1,6 miliar dolar AS. Uang itu diperlukan untuk mempertahankan layanan-layanan vital bagi jutaan pengungsi Palestina tahun ini. Mereka berharap komunitas internasional dapat memberikan kontribusi.
“Pendanaan ini akan memenuhi mandat Majelis Umum PBB untuk menyediakan jutaan pengungsi Palestina, layanan dan program penyelamatan jiwa, termasuk pendidikan, kesehatan serta bantuan makanan,” kata UNRWA dalam sebuah memo yang dikirim ke Middle East Monitor pada 18 Januari lalu.
Dana 1,6 miliar dolar yang dibutuhkan juga akan digunakan untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan pengungsi Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Suriah, dan Lebanon. Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini sempat mengatakan masyarakat internasional mengakui peran lembaganya dalam menyelamatkan para pengungsi Palestina. UNRWA turut berkontribusi dalam menciptakan stabilitas di Timur Tengah.
"Pada tahun 2022, pengakuan itu harus didukung tingkat pendanaan memadai guna memenuhi momen kritis bagi para pengungsi Palestina. Kekurangan anggaran yang kronis mengancam mata pencaharian dan kesejahteraan para pengungsi Palestina yang dilayani UNRWA dan menimbulkan ancaman serius bagi kemampuan UNRWA untuk mempertahankan layanan,” ujar Lazzarini.
Dia menjelaskan, pandemi Covid-19 terus menimbulkan risiko kesehatan yang serius dan memperburuk kesulitan ekonomi di seluruh wilayah. “Sekarang diperkirakan 2,3 juta pengungsi Palestina hidup dalam kemiskinan. UNRWA adalah satu-satunya sumber kehidupan mereka yang tersisa,” kata Lazzarini.