China Belum Bagikan Informasi ke NASA Soal Jatuhnya Roket 22 Ton
Roket Long March 5B seberat 22,5 ton milik China jatuh
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Lembaga Antariksa Amerika Serikat (AS) (NASA) mengatakan, China belum memberikan informasi terkait jatuhnya roket luar angkasanya ke bumi. Roket Long March 5B seberat 22,5 ton milik China kembali memasuki atmosfer bumi setelah mengantarkan muarannya ke orbit dan jatuh di Samudera Hindia.
US Space Command atau Komando Luar Angkasa AS mengkonfirmasi jatuhnya roket Long March 5B pada Sabtu (30/7/2022) sekitar pukul 16.45 GMT. Namun pihaknya masih belum mendapatkan informasi lintasan spesifik dan aspek teknisnya, seperti lokasi dampak penyebaran puing-puing potensial.
"Semua negara antariksa harus mengikuti praktik terbaik yang sudah ada dan melakukan bagian mereka untuk membagikan jenis informasi ini untuk memungkinkan prediksi yang andal tentang potensi risiko dampak puing-puing," kata Administrator NASA Bill Nelson. "Melakukannya sangat penting untuk penggunaan ruang yang bertanggung jawab dan untuk memastikan keselamatan orang-orang di Bumi," ujarnya menabahkan.
Pengguna media sosial di Malaysia mengunggah video yang tampak seperti puing-puing roket. Seorang warga Malaysia lewat akun Twitter @nazriacai merekam objek di langin yang diprediksi Long MArch 5B dari Kuching, Sarawak, Malaysia.
Aerospace Corp, sebuah pusat penelitian nirlaba yang didanai pemerintah di dekat Los Angeles, memperingatkan bahwa tindakan ceroboh untuk membiarkan seluruh tahap inti utama roket yang berbobot 22,5 ton untuk kembali ke Bumi dengan tidak terkendali.
Awal pekan ini, para analis mengatakan badan roket akan hancur saat jatuh melalui atmosfer. Namun cukup besar sehingga banyak bongkahan kemungkinan akan bertahan saat masuk kembali ke puing-puing hujan di area sekitar 2.000 kilometer panjangnya, dan sekitar 70 kilometer lebarnya.
Kedutaan Besar China di Washington belum mengomentari terkait jatuhnya roket teresbut. Awal pekan ini Cina mengatakan akan melacak puing-puing itu dengan cermat tetapi mengatakan itu menimbulkan sedikit risiko bagi siapa pun di lapangan.
Long March 5B diluncurkan pada 24 Juli untuk mengirimkan modul laboratorium ke stasiun luar angkasa baru Cina yang sedang dibangun di orbit.
Fragmen Long March 5B Cina lainnya mendarat di Pantai Gading pada 2020, merusak beberapa bangunan di negara Afrika Barat itu, meskipun tidak ada korban yang dilaporkan.
Sebaliknya, AS dan sebagian besar negara penjelajah ruang angkasa lainnya umumnya mengeluarkan biaya tambahan untuk merancang roket untuk menghindari jatuh kembali dan tidak terkendali. Ini adalah suatu keharusan yang sebagian besar diamati karena sebagian besar stasiun ruang angkasa NASA Skylab jatuh dari mengorbit pada 1979 dan mendarat di Australia.
Tahun lalu, NASA dan lainnya menuduh Cina buram setelah pemerintah Beijing diam tentang perkiraan lintasan puing atau jendela masuk kembali penerbangan roket Long March terakhir pada Mei 2021. Puing-puing dari penerbangan itu akhirnya mendarat tanpa bahaya di Samudra Hindia.